Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Anggrek Langka dari Jawa Ini Dilindungi Dunia

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1429319696362181256

Dalam dunia ilmu pengetahuan dan perpustakaan flora dunia, Indonesia diakui sebagai surga anggrek di planet bumi. Dari sekitar 25.000-30.000 spesies anggrek dunia, sekitar seperlimanya tumbuh di bumi Indonesia.

[caption id="attachment_361372" align="aligncenter" width="600" caption=""Paphiopedilum glaucophyllum" di green house laboratorium Bioteknologi UGM."][/caption]

Tidak hanya cantik, banyak di antara anggrek Indonesia juga bersifat endemik, unik dan sangat khas. Salah satu anggrek Indonesia yang sangat istimewa namun belum banyak diketahui dan disaksikan kecantikannya adalah Paphiopedilum glauciophyllum.

Paphiopedilum glaucophyllum ditemukan tahun 1897 di dalam hutan pegunungan di Jawa Timur. Pada tahun 1900 anggrek ini dideskripsikan dan dipublikasikan secara sah kepada dunia ilmu pengetahuan oleh Johanes Jacobus Smith (J.J.Sm.), ilmuwan asal Belanda yang banyak melakukan penelitian flora Indonesia di masa itu.

Paphiopedilum glaucophyllum adalah anggrek tanah dengan sejumlah keunikan yang tidak ditemukan pada anggrek kebanyakan. Karakteristik yang paling menonjol adalah bentuk dan susunan perhiasan bunganya yang sangat khas. Saat mekar sempurna diameter bunganya mencapai 8 cm. Dari 3-5 kuntum bunga dalam satu tandan, biasanya hanya 1 yang akan mekar.

Perhiasan bunga bagian dorsal (cepala dorsalis) berbentuk bulat telur dengan posisi tegak seperti tameng. Warna dasarnya hijau mengkilat dengan kumpulan titik berwarna ungu dan coklat membentuk corak garis yang menarik. Sementara dua perhiasan sampingnya berbentuk pita berpilin dengan sebaran corak tebal berwarna ungu dan coklat. Pada permukaannya terdapat rambut-rambut halus yang terlihat sangat nyata.

[caption id="attachment_361373" align="aligncenter" width="600" caption="Bunga "Paphiopedilum glaucophyllum" tampak samping."]

14293198241887112548

[/caption]

Karakter utama bunga Paphiopedilum glaucophyllum berupa kantung besar yang terlihat seperti bagian dari bunga kantung semar. Oleh karena itu anggrek ini juga dikenal sebagai anggrek kantung semar. Jika dilihat dari samping kantung tersebut terlihat seperti sandal selop sehingga anggrek ini juga dikenal secara umum dengan anggrek selop (slipper orchid).

[caption id="attachment_361374" align="aligncenter" width="449" caption="Modifikasi perhiasan bunga "Paphiopedilum glaucophyllum" membentuk kantung seperti pada kantung semar."]

14293199671803799657

[/caption]

Kantung pada anggrek ini adalah labellum atau bibir yang merupakan modifikasi daun perhiasan bunga yang terbentuk sepanjang evolusi bunga ini. Badan kantung Paphiopedilum glaucophyllum berwarna ungu. Sementara di bagian ujungnya berwarna kuning muda. Tepat di atas kantung terdapat perisai kecil berwarna ungu tua yang berfungsi melindungi polinia (serbuk sari) dari ovarium.

Semua perhiasan bunga Paphiopedilum glaucophyllum memiliki permukaan mengkilat dengan lapisan lilin di bagian epidermisnya. Saat terkena air bunganya semakin terlihat cantik karena efek dari tetesan air pada permukaan berlilin ini.

Selain itu anggrek ini juga memiliki daun yang tebal, berwana hijau kebiruan, berbentuk bulat memanjang hingga elips dengan rambut-rambut halus di bagian tepinya. Karakter daun seperti inilah yang menjadi dasar pemberian nama “glaucophyllum”.

Paphiopedilum glaucophyllum tumbuh di hutan-hutan di pulau Jawa dan Sulawesi. Habitatnya berada di ketinggian 200-800 mdpl dengan banyak humus. Sayangnya sudah sejak lama anggrek ini menjadi langka. Keunikan bunganya yang istimewa membuatnya menjadi incaran untuk diperdagangkan secara illegal dengan harga yang sangat tinggi. Sementara upaya konservasinya mengalami tantangan karena kerusakan hutan yang terus terjadi. Perbanyakan secara in vitro di laboratorium juga tidak semudah seperti anggrek lainnya. Anggrek ini pun tergolong kurang rajin berbunga.

Oleh karena statusnya yang terancam punah, anggrek khas Indonesia ini menjadi perhatian dunia. Dalam konvensi internasional CITES, Paphiopedilum glaucophyllum terdaftar di appendix I yang artinya tidak boleh diperdagangkan kecuali dengan izin ketat dari otoritas berwenang untuk tujuan khusus seperti penelitian dan hanya boleh dalam bentuk bibit dalam botol hasil perbanyakan in vitro/kultur jaringan.

[caption id="attachment_361375" align="aligncenter" width="600" caption="Paphiopedilum glaucophyllum, anggrek selop langka dari Indonesia yang dilindungi dunia."]

14293201701907123597

[/caption]

Hari ini kita masih bisa menyaksikan Pahiopedilum glaucophyllum dan anggrek-anggrek lainnya bermekaran indah. Tapi di saat yang sama kita sebenarnya sedang berlomba dengan waktu dengan ancaman kepunahan anggrek-anggrek itu. Anggrek adalah salah satu alasan mengapa konservasi sumber daya alam dan perlindungan habitat menjadi sebuah keniscayaan agar anak cucu kita nanti bisa mewarisi dan menikmati keindahan yang sama, bukan hanya mendengarnya sebatas cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline