Gunung Kidul, daerah ini secara umum dikenal sebagai tempat berhawa panas dengan barisan pegunungan karst kering yang membentang hingga menyambung ke arah Pacitan di Jawa Timur. Di Gunung Kidul pula barisan pantai eksotik membentuk sabuk keindahan yang membuat Yogyakarta terasa kontras di sisi utara dan selatannya. Namun keliru jika menganggap Gunung Kidul hanya cantik karena sabuk pantainya saja. Gunung Kidul juga menyimpan banyak pesona dari sudut lainnya termasuk jika dipandang dari sebuah tempat di bawah ini.
Salah jika mengira pemandangan-pemandangan cantik di atas adalah milik sebuah pantai. Tempat ini bahkan bukan lautan. Sebaliknya hamparan air beratapkan langit berawan tersebut berada di sebuah barisan perbukitan pada ketinggian hampir 700 meter di atas permukaan laut.
Embung Nglanggeran, itulah nama tempat di Gunung Kidul yang menawarkan pemandangan-pemandangan indah tersebut. Dibuat dengan “memenggal” sebuah bukit yang bersisian dengan Gunung Api Purba Nglanggeran, embung atau telaga buatan ini mengkonservasi air dari berbagai sumber seperti mata air dan air hujan dengan menampungnya di atas perbukitan Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul. Ketika melihat proses pemenggalannya tahun lalu saya sempat menyimpan tanya untuk apa nantinya tempat ini. Dan ternyata beginilah hasil dari pemenggalan bukit itu.
sebuah cawan air raksasa yang eksotik
proses pemenggalan bukit untuk membuat embung yang dilakukan pada Desember 2012 dilihat dari puncak Gunung Api Purba
Dibuka dan diresmikan pada 19 Februari 2013 oleh Sultan Hamengku Buwono X, tempat ini sebenarnya bernama resmi “Kebun Buah Nglanggeran” karena diproyeksikan sebagai kebun buah. Durian, kelengkeng, rambutan adalah sebagian jenis buah yang rencananya akan dikembangkan di area ini. Namun keberadaan kolam air raksasa di puncaknya membuat nama Embung Nglanggeran lebih dikenal. Petunjuk arah menuju tempat ini pun menggunakan nama Embung Nglanggeran dibanding nama sebenarnya.
Embung Nglanggeran dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan dari kota Jogja. Jika kesulitan menemukannya maka tujulah Gunung Api Purba Nglanggeran yang lebih dulu populer sebagai destinasi utama wisata Gunung Kidul. Embung Nglanggeran hanya berjarak sekitar 1,5 km dari Gunung Api Purba.
jalan menuju embung
Menuju lokasi embung dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan meski jalan ke tempat ini masih berupa bebatuan dan tanah yang ditata membentuk setapak. Lebar jalannya pun tak cukup untuk 2 mobil melaju secara bersamaan. Oleh karena itu berjalan kaki dari Gunung Api Purba bisa menjadi pilihan asyik untuk mencapai lokasi ini.
badan embung
tangga menuju embung
Embung Nglanggeran di puncak bukit
Seberapa cantik tempat ini?. Menurut saya embung lebih dari sekedar cantik. Bentuk kolamnya yang lonjong dan lebar serta pesona keindahan alam yang dapat disaksikan di atasnya membuat Embung Nglanggeran layak menjadi pintu gerbang wisata Gunung Kidul.
Embung Nglanggeran dengan Latar Gunung Api Purba
Pemandangan dari sisi yang lain
hijau persawahan dan gunung api purba tampak dari sisi atas embung
Setelah menaiki anak tangga yang cukup tinggi, Embung Nglanggeran akan menyajikan “dua lukisan” yang sangat kontras. Di satu sisi ini memiliki “tembok” berupa barisan bongkah batu berukuran raksasa yang menjadi bagian dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Sementara di sisi lainnya tempat ini seperti berada tepat di bawah atap langit. Awan-awan yang menggantung di atasnya membuat pemandangan di tempat ini menjadi tak biasa untuk sebuah puncak bukit yang kering. Hamparan tanah berbatu dengan pepohonan hijau yang mulai tumbuh seakan mengajak mata membaca sebuah harapan akan kehidupan baru di beberapa sudut Gunung Kidul yang dahulu kering.
Embung Nglanggeran, kecantikan atap langit Gunung Kidul
Bagaikan cawan air raksasa, embung yang berukuran sekitar 60x60 meter ini bagaikan keajaiban kecil dari sebuah bukit berbatu yang dulu dianggap mati menjadi sebuah tempat yang menyenangkan hati. Cantik dan eksotik, itulah Embung Nglanggeran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H