Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Kata Siapa #JombloItuSehat?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427796846181971626

Mendadak terkejut tapi juga tersenyum heran ketika membuka twitter tadi siang. Di jajaran papan atas trending topic Indonesia ada sebuah tagar yang kesannya membahagiakan dan membanggakan, yakni #JombloItuSehat. Tagar itu pun bertahan hingga saat ini ketika tulisan ini dibuat. Hebatnya #JombloItuSehat mengungguli topik sepakbola Indonesia vs Korea Selatan.

[caption id="attachment_358425" align="aligncenter" width="600" caption="Sepasang muda-mudi mengisi Sabtu malam menikmati bersama suasana Jogja. Mereka bukan jomblo (dok. pribadi)."][/caption]

Entah apa yang melatarbelakangi munculnya tagar tersebut. Mungkin saja sang inisiatornya baru saja pisah cinta atau ditinggal pasangannya atau malah baru saja jadi korban “lempar hati tapi tak bertanggung jawab” alias korban harapan palsu.

Bisa ditebak mereka yang ikut meramaikan dan mengamini #JombloItuSehat pasti juga kaum single dengan berbagai latar belakang pisah cinta. Di antara mereka tentu ada yang benar-benar bahagia menjadi single tapi ada juga yang pura-pura sehat sebagai single. Tak usah didebat apa bedanya single dan jomblo. Ejaan dan lafalnya memang berbeda, tapi hati mereka sama. Titik.

Kata siapa #JombloItuSehat ?. Setidaknya ada 5 alasan mengapa #JombloItuSehat adalah sebuah kesalahan terbesar sepanjang sejarah trending topic twitter tercipta.

Pertama, jomblo itu tidak sehat. Memang status single tak akan membuat orang terserang sakit jantung atau hepatitis karena “hati” kaum single sudah kebal. Tapi bukan berarti kaum jomblo sepenuhnya sehat karena ia sebenarnya rentan terhadap penyakit maag kronis. Tak ada yang mengingatkan makan menjadi sebab mengapa makhluk bernama jomblo bisa mudah mengalami gangguan lambung.

Kedua, seorang dengan status single biasanya sangat menikmati aktivitas rutin kesehariannya. Mulai dari pagi hingga sore, bahkan tak jarang berlanjut sampai malam hari, seorang jomblo bisa mengerjakan sesuatu secara marathon. Tapi kebiasaannya bekerja terus menerus tanpa dibarengi seseorang yang bisa mengingatkannya untuk istirahat. Hasilnya seorang jomblo mudah mengalami kelelahan dan tak jarang kantung matanya menebal atau minimal kelopak matanya sayu karena kurang tidur.

Ketiga, salah satu kebiasaan buruk jomblo adalah suka mendadak melamun. Hal ini berbahaya karena pikiran yang kosong dan angannya yang melayang tanpa arah membuatnya mudah terkena hipnotis. Oleh karena itu banyak jomblo membawa buku bacaan ke manapun pergi agar pikirannya tak kosong dan tak jadi korban kejahatan hipnotis.

Keempat, status jomblo adalah alasan mengapa seseorang tak dipercaya membawa mobil seorang diri. Kondisi terburuknya adalah seorang jomblo bisa dengan mudah gagal ujian SIM A. Bayangkan jika saat seorang jomblo sedang menyetir mobil seorang diri, lalu tiba-tiba dari radio mobil terdengar syair lagu: “telah lama sendiri dalam langkah sepi”, atau yang ini: “mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku…”. Kondisi demikian bisa dengan mudah membuat kemudi mendadak melenceng hingga mobil menabrak pembatas jalan. Itulah bahayanya seorang jomblo menyetir mobil apalagi seorang diri.

Kelima, jomblo rentan terpengaruh ajaran sesat. Bayangkan jika ada orang yang tiba-tiba muncul mengaku sebagai nabi lalu mengajarkan bahwa kaum yang pertama masuk surga adalah para jomblo, maka bersatulah jomblo penjuru dunia. Apalagi kalau itu disertai ajakan memerangi kaum yang bukan jomblo dan membentuk negara baru khusus kaum jomblo. Jelaslah sudah itu sesat dan menyesatkan.

#JombloItuSehat tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya tagar tersebut justru terkesan merendahkan diri karena mencari perhatian secara masif di dunia maya. Padahal ada cara berkarya yang lebih elegan daripada sekadar membuat tagar tersebut, misalnya membuat seribu artikel tentang jomblo di blog.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline