Kemerdekaan Republik Indonesia yang saat ini berusia 68 tahun adalah hasil dari kegigihan para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan tanah air dari kuasa penjajah. Perjuangan tersebut pun melahirkan banyak nama besar yang dikenang dan diakui sebagai pahlawan nasional yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Salah satu pahlawan nasional yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah Jenderal Soedirman.
Rumah Kelahiran Soedirman di Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman.
Jenderal Soedirman adalah pejuang nasional yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Begitu besar namanya hingga diabadikan sebagai nama jalan utama di banyak kota di penjuru negeri ini. Tak heran karena Soedirman adalah panglima terbesar dalam sejarah revolusi dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang Panglima Besar, Jenderal Soedirman dikenal sebagai pejuang perang gerilya yang disegani kawan dan ditakuti lawan.
Bagian depan Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman di Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga,
Namun demikian ada sepenggal sejarah hidup Jenderal Soedirman yang mungkin belum banyak diketahui olah masyarakat. Salah satunya adalah mengenai tempat kelahiran Jenderal Soedirman. Banyak yang menganggap Soedirman berasal dari Yogyakarta karena jejak perjuangannya memang banyak tertinggal di kota tersebut termasuk makamnya yang ada di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta. Keluarga dan penerus beliau pun ada di Yogyakarta.
Sementara banyak referensi sejarah yang menyebutkan Soedirman berasal dari Banyumas, Jawa Tengah tanpa merinci nama desa dan kota kelahirannya mengingat Banyumas sebenarnya adalah bekas karesidenan yang meliputi beberapa kota kabupaten. Lalu di manakah tepatnya Jenderal Soedirman dilahirkan?
Sebuah tempat yang berjarak 40 km dari pusat kota Purbalingga menjadi saksi sekaligus penanda sejarah kelahiran sang panglima besar. Jenderal Soedirman lahir di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916. Ayahnya yang bernama Karsid Kartowiroji dan ibunya Siyem adalah rakyat biasa.
Di desa tersebut Soedirman lahir di sebuah rumah sederhana yang kini menjadi bagian dari Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman. Monumen tersebut dibangun pada tahun 1976 dan diresmikan pada 21 Maret 1977.
Kendaraan perang diletakkan di lapangan dan jalan menuju Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman.
Kompleks MTL Jenderal Soedirman cukup luas dengan 2 bagian utama, yakni perpustakaan dan rumah kelahiran sang jenderal. Selain itu terdapat sebuah masjid dan bangunan yang diperuntukkan sebagai gedung serbaguna. Di depan monumen juga terhampar dua lapangan besar dan tempat parkir yang cukup luas. Selain itu terdapat beberapa kendaraan perang seperti tank yang diletakkan di jalan masuk menuju monumen.
Perpustakaan di kompleks MTL Jenderal Soedirman Bacalah surat Presiden Soekarno kepada Jenderal Soedirman ini, kita mungkin akan terharu sekaligus memaknai sebuah perjuangan tulus tanpa pamrih
Di dalam perpustakaan meski tak banyak koleksinya namun masyarakat bisa menyaksikan beberapa salinan foto yang merekam perjuangan Jenderal Soedirman. Di dalam perpustakaan juga terdapat beberapa buku yang memuat sejarah dan perjalanan hidup sang jenderal. Beberapa salinan surat pribadi Presiden Soekarno kepada Jenderal Soedirman juga bisa ditemukan di dalamnya. Isi salah satu surat bahkan sangat mengharukan karena seorang Jenderal Besar seperti Soedirman ternyata tak memikirkan pakaiannya hingga Presiden Seokarno secara pribadi memberikan kain untuk membuat pakaian baru Jenderal Soedirman jelang peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia tahun 1949.
Rumah Kelahiran Jenderal Soedirman dilihat dari samping.
Relief dinding di bagian depan rumah kelahiran sang jenderal
Beberapa sudut ruang rumah kelahiran Jenderal Soedirman.
Rumah kelahiran Soedirman berdiri di tengah-tengah kompleks monumen. Meski hampir seluruh bagiannya sudah mengalami pemugaran dengan material yang baru, termasuk lantainya yang sudah diganti keramik berwarna merah marun, namun bentuk dan posisi rumah tersebut tetap dipertahankan seperti semula. Rumah kelahiran Jenderal Soedirman berbentuk Joglo dengan bagian depan diperuntukkan sebagai teras. Sementara dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu. Dari luar monumen bagian depan rumah ini tidak terlalu tampak karena tertutup dinding relief yang dibangun tepat di depan rumah. Di atas dinding relief diletakkan sebuah burung garuda berwarna emas. Sementara itu sebuah tiang dengan bendera merah putih berkibar tepat di bagian depan pintu gerbang monumen.
Melewati pintu depan terdapat dua buah kamar di sisi kanan dan sebuah kamar lainnya di sisi kiri. Ketiga kamar tersebut berukuran kecil. Di salah satu kamar terdapat replika ayunan yang digunakan untuk menimang bayi Soedirman. Sementara di kamar lainnya terdapat sebuah tempat tidur yang tertutup kelambu.
Sebuah tempat tidur dan tempat menimang bayi ditempatkan di dua kamar di dalam rumah kelahiran Soedirman.
Di ruang tengah terdapat sebuah kursi panjang dengan sebuah meja bundar diletakkan bersisian dengan tempat bayi. Selain itu terdapat beberapa diorama yang meringkas perjalanan hidup Jenderal Soedirman. Dalam diorama ditampilkan suasana kelahiran bayi Soedirman dengan digendong oleh ibunya dan disambut oleh beberapa orang lainnya. Diorama lain menampilkan masa remaja Soedirman yang aktif di gerakan kepanduan Hizbul Wathon, sebuah organisasi kepemudaan Muhammadiyah yang diyakini memiliki andil dalam membentuk pribadi Seodirman sebagai pejuang. Ada juga diorama yang menampilkan perjuangan Jenderal Soedirman ketika memimpin perang gerilya dari atas tandu. Inilah salah satu bagian dalam perjalanan hidup sang jenderal yang dikenal sangat heroik karena tetap gigih berjuang meski raganya semakin lemah digerogoti penyakit.
Beberapa diorama yang menggambarkan perjalanan hidup Jenderal Soedirman.
Sayangnya meski merupakan penanda sejarah dan saksi lahirnya Jenderal Soedirman, keberadaan monumen ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Sehari-hari tak banyak orang yang mengunjungi monumen ini. Bahkan ketika Kemerdekaan RI sudah menginjak angka 68 monumen ini tetap kesepian. Boleh jadi karena letaknya yang berada jauh dari pusat kota Purbalingga dan harus ditempuh melewati perbukitan. Pemerintah setempat juga terkesan kurang memperhatikan dengan baik MTL Jenderal Soedirman. Selain beberapa fisik bangunan yang dibiarkan rusak dan minim fasilitas, hampir tak tersedia transportasi umum untuk mencapai monumen ini. Satu-satunya akses menuju MTL Jenderal Soedirman adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa angkutan umum dari pusat kota Purbalingga. Nama monumen ini juga kurang terdengar dan kalah lantang dengan gencarnya promosi berbagai obyek wisata baru yang sedang dikembangkan di Kabupaten Purbalingga. Padahal Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman semestinya menjadi prioritas dan kebanggaan daerah sekaligus warisan sejarah nasional yang penting untuk dikenalkan kepada masyarakat Indonesia.
Pemandangan indah menemani perjalanan selama 1 jam dari pusat kota Purbalingga menuju Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman.
Patung Jenderal Soedirman berada di monumen tempat kelahirannya.
Semoga rumah kelahiran Jenderal Soedirman ini tak menjadi monumen tua yang kesepian dan dilupakan oleh anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H