Sroto khas Purbalingga racikan warung Sroto Pak Joko.
Terpujilah Indonesia yang memiliki banyak makanan enak sehingga tiap kali berkunjung ke daerah lidah kita tak pernah hambar. Termasuk saat datang ke Purbalingga, kota kecil di kaki Gunung Slamet, kita pun akan menemukan Sroto-nya yang nikmat.
Beberapa hari yang lalu ketika sedang berada di Purbalingga saya tak hanya melihat dari dekat geliat pengrajin akik Klawing yang sedang banyak bermunculan di kota ini, namun juga mampir ke sebuah warung Sroto yang direkomendasikan banyak orang di Purbalingga.
Warung Sroto ini tak memajang label nama di tempatnya berjualan. Tapi orang mengenalnya dengan “Sroto Pak Joko”. Label Sroto Pak Joko selain menandakan sang pemilik racikan, ternyata menjadi branding yang berguna untuk membedakannya dengan Sroto Bancar dan Sroto Misdar yang juga terkenal di Purbalingga
Sroto adalah nama yang digunakan oleh masyarakat Banyumas termasuk Purbalingga untuk menyebut Soto. Namun seperti namanya yang berbeda, Sroto Purbalingga juga memiliki kekhasan baik dari segi rasa maupun sajiannya yang berbeda dengan Soto dari daerah lain.
Warung Sroto Pak Joko di mulut gang di pinggir Jalan Letjend S. Parman Purbalingga.
Sroto Pak Joko menempati sebuah gang di tepi jalan Letjend S. Parman tepatnya di Kelurahan Bancar, tak jauh di selatan Kodim Purbalingga atau di seberang timur SMP 5 Purbalingga. Di dalam warung yang dindingnya bercat merah muda ini ada beberapa meja dan kursi panjang yang mampu memuat sekitar 15 orang. Sementara di bagian luar bersisian dengan jalan gang ada meja dan kursi tambahan yang bisa ditempati 8 orang. Pembeli yang hendak membeli untuk dibawa pulang disediakan sebuah kursi panjang lainnya untuk menunggu.
Saya datang ke Sroto Pak Joko saat hari sudah gelap, jelang pukul 20.00 WIB. Sroto Pak Joko sudah buka sejak sebelum jam makan siang hingga malam hari. Saya merasa perlu datang karena selain belum pernah mencicipinya, juga karena esok harinya akan kembali ke Yogyakarta sehingga sayang jika tak memiliki kenangan rasa di lidah. Kebetulan lagi saat itu cuaca sedang dingin setelah sore harinya diguyur gerimis. Semangkok Sroto dengan kuah hangat adalah pilihan nikmat yang tepat.
Suasana di dalam warung Sroto Pak Joko yang menyatu antara tempat makan, tempat meracik dan kasir.
Warung Sroto Pak Joko tetap ramai pembeli di malam hari.
Meski datang di malam hari namun ternyata tempat ini masih ramai didatangi pembeli. Seolah membuktikan bahwa orang Purbalingga memang gemar jajan dan Sroto adalah favorit mereka. Beberapa orang duduk menikmati semangkuk Sroto. Ada juga anak-anak ikut menikmati Sroto bersama orang tuanya. Tak banyak suara perbincangan di antara mereka seolah menandakan sedapnya Sroto di tempat ini sayang untuk dinikmati setengah-setengah sambil berbicara.
Semangkuk Sroto dan segelas minuman jeruk hangat segera saya pesan. Sebenarnyta warung ini juga menyediakan bakso tapi Sroto adalah wajian utamanya. Sambil menunggu pesanan kita bisa menyaksikan proses penyajian Sroto karena tempat meraciknya ada di tempat yang sama dengan tempat pemesanan dan kasir.
Semangkok Sroto dengan isian daging ayam kampung dan segelas minuman jeruk hangat menemani malam yang dingin di Purbalingga.
Kurang dari 10 menit pesanan saya sudah tiba di meja. Semangkuk Sroto dengan kuah hangat mengepul menerbangkan aroma sedap. Mencicipi kuahnya yang encer dan berwarna coklat ternyata cukup gurih dengan rasa manis dan asin yang seimbang. Jejak minyaknya yang tipis berasal dari kaldu ayam ikut memperkaya rasa.
Isian Sroto-nya terdiri dari mie suun, kecambah, irisan daun bawang, kerupuk merah putih dan tentu saja daging ayam kampung yang disuwir. Yang menyenangkan menikmati Sroto di tempat ini adalah kecambah dan ayam suwirnya cukup royal. Bagi yang tidak menghendaki daging ayam, tersedia daging sapi sebagai isian.
Sroto khas Purbalingga dengan isian suwiran daging ayam kampung yang gurih.
Acar mentimun menjadi pelengkap yang segar untuk semangkuk Sroto yang sedap.
Daging ayamnya empuk dan gurih. Sisa bumbu kuning masih terlihat di setiap suwiran dagingnya yang berwarna coklat keemasan karena telah digoreng.Kecambah dan irisan daun bawangnya juga segar. Sementaramie suunnya yang matang terasa lembut di lidah. Jangan tinggalkan kerupuk merah putih dalam setiap sendok Sroto karena itulah pelengkap Sroto khas Purbalingga
Menikmati Sroto Purbalingga pantang menyisakan apalagi membuang kuahnya. Kuahnya tidak terlalu pekat sehingga asyik untuk dinikmati hingga tetes terakhir karena tidak cepat membuat eneg. Seringkali saya tak sanggup menghabiskan seporsi soto lainnya karena kuahnya yang terlalu pekat oleh kaldu maupun santan yang ditambahkan. Namun kuah Sroto Purbalingga yang satu ini berbeda.
Bagi yang menyukai pedas, tersedia sambal dengan tingkat kepedasan yang pas. Selain ada cabe merah dan caber rawit, sambalnya juga terbuat dari kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.Tersedia juga acar mentimun untuk menambah rasa segar selain kacang goreng yang asin untuk melengkapi rasa gurih. Jika ingin lebih kenyang, ketupat menjadi pelengkapnya. Semua bisa ditambahkan sendiri sesuai selera.
Sroto Purbalingga racikan Pak Joko yang sedap dan membuat ketagihan.
Tanpa disadari saya telah lahap menikmati Sroto racikan Pak Joko. Rasa sedap dan gurihnya membuat semangkok Sroto tandas dalam waktu hanya 15 menit. Ingin rasanya suatu hari nanti datang kembali. Mungkin saya sudah ketagihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H