Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Kreasi Fotografi Memanfaatkan Koleksi Buku Bacaan Pribadi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bermula dari bersih-bersih kamar kemarin malam. Mau dikatakan apalagi setiap hari selama satu minggu ini saya berungkali harus menyapu dan mengepel kamar juga mengelap barang-barang di meja karena debu vulkanik gunung Kelud yang masih mengotori udara Yogyakarta. Bahkan kompas.com hari ini (22/2/2014) memberitakan konsentrasi debu letusan Kelud di Yogyakarta masih berada di angka 1.082 mikrogram per meter kubik atau hampir tiga kali lipat dari ambang batas baku mutu udara ambien.

Sebagian buku bacaan saya di kamar.

Salah satu yang saya bersihkan adalah koleksi buku bacaan di meja kamar yang berjumlah 60-an. Meski 2 minggu lalu buku-buku itu baru saja dirapikan dan dibersihkan namun kini debu vulkanik tak henti mengotori permukaannya. Setiap meraba permukaan buku, kasarnya debu sangat terasa. Akhirnya sayapun membongkar kembali susunannya untuk dilap satu persatu. Dan ketika membersihkan buku-buku itulah saya sadar jika buku-buku itu sangat berwarna-warni dengan komposisi yang terlihat  manis.

Selain sampul dengan gambar manis  dan penuh warna, tulisan-tulisan yang membentuk judul dan keterangan pada sampul juga membuat “penampilan” sebuah buku semakin cantik. Bahkan tak sedikit buku yang dibuat dengan sampul yang disiapkan secara serius oleh para profesional di bidang desain dan fotografi. Hal itulah yang membuat buku menjadi obyek yang sangat fotogenik. Oleh karena itu seusai dibersihkan kemarin malam saya sempatkan untuk memotret sebagian buku-buku itu dan inilah hasilnya.

Ternyata memotret buku adalah kegiatan yang mengasyikkan. Berbagai kreasi fotografi bisa dicoba dengan memotret koleksi buku di kamar. Beruntung saya memiliki buku bacaan dengan banyak ragam mulai dari novel, kumpulan cerpen hingga esai non fiksi yang pada umumnya bersampul menarik. Sejumlah buku itu ada yang bersampul gambar bunga, pemandangan hingga wajah orang. Ada juga buku yang sampulnya berupa foto maupun lukisan.

Buku-buku yang beraneka warna dengan sampul beragam rupa sudah menarik dipotret tanpa harus ditata. Dalam keadaan tak rapi  buku-buku di bawah ini bagi saya membentuk “komposisi berantakan” yang manis.

15 novel Mira W. menjadi bagian dari buku bacaan saya.

Lalu saya coba menyusunnya secara sederhana, hasilnya pun tetap cantik. Selang-seling warna sampulnya yang tumpah tindih dipadu dengan potongan-potongan gambar pada sampul menjadikan buku-buku ini tampak cantik dipotret. Komposisi yang dihasilkan pun lumayan manis

Warna-warni novel Mira W. membentuk komposisi yang sederhana namun terkesan manis.

Novel Mira. W  yang baru saya beli 18 Februari 2014 lalu.

Kita juga bisa berkreasi membentuk komposisi pengulangan (repetisi) dengan cara menumpuk atau membariskan buku-buku. Bagian yang dipotret adalah sisi samping pada jilid buku. Di bagian ini biasanya tertulis nama pengarang, logo penerbir dan judul dalam ukuran font lebih kecil dalam 1 baris. Bagian samping buku memang terkesan biasa saja. Tapi jika sejumlah buku dibariskan hasilnya akan membentuk repetisi yang menarik. Apalagi jika buku-buku yang dibariskan berasal dari pengarang yang sama dengan ciri khasnya, hasilnya akan terasa lebih manis seperti kumpulan novel Mira W. di bawah ini.

Repetisi dari  novel-novel karya Mira W.

Repetisi bagian samping berbagai judul novel.

Jajaran novel berkelas dari Penerbit Gramedia.

Buku-buku dengan sampul artistik yang khas seperti lukisan juga menarik untuk dipotret. Sampul-sampul demikian menurut saya sangat “mahal” karena membuat buku atau novelnya menjadi lebih “collectable” meski terkesan jadul. Karya Marga T. adalah contoh  dari novel dengan sampul “mahal” tersebut. Novel-novel Marga T. memiliki sampul seperti lukisan dan beberapa memang disiapkan dari lukisan. Memotret novel bersampul unik seperti memindahkan buku dan lukisan sekaligus ke dalam foto.

Beberapa novel karya Marga T. dengan sampul sangat berkelas.

Karmila dari Marga T. adalah salah satu "icon legendaris" Penerbit Gramedia.

Fotografi adalah sebuah media untuk mewujudkan imajinasi. Oleh karena itu berkreasi dalam memotret sering tak dibatasi termasuk dalam memainkan warna. Memotret buku pun bisa menjadi sarana bagi penggemar fotografi untuk mencoba aneka permainan warna mulai dari hitam putih, cyan dan sebagainya.

"Kompasiana Etalase Warga Biasa" (cyan).

25 Cerpen KAHITNA (cyan).

4 Judul (cyan).

Mira W. (hitam putih).

"Jangan Renggut Matahariku"

Lalu bagian apalagi dari buku yang bisa dipotret untuk menghasilkan bingkai foto yang menarik. Cobalah untuk memotret pembatas buku yang diselipkan pada halamannya. Kemudian ambilah secara lebih dekat sampul depan dan bagian samping jilid buku. Bagian-bagian tersebut yang diambil secara lebih dekat seringkali menghasilkan foto atau komposisi yang menarik. Contohnya di bawah ini.

"Bukan Impian Semusim" karya Marga T.

Bentuk font khas "Mira W."

Pembatas Novel "Divortiare"

Pembatas novel "Twivortiare".

Jika sedang tak dibaca koleksi buku bacaan di kamar ternyata bisa menjadi sarana menyalurkan hobi lainnya. Sambil dibersihkan kita bisa menikmati sampul dan wujudnya yang menarik, bisa secara langsung bisa juga dengan memotretnya. Hasilnya pun sering tak terduga apalagi jika buku yang dipotret memiliki warna dan komposisi yang sejak awal sudah menarik. Selamat membaca dan memotret.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline