Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

ART JOG 2014: Merayakan Seni Rupa Sambil Menampar Demokrasi Indonesia

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402289463508820924

Ratusan karya seni menawan, lebih dari 100 seniman hebat dalam dan luar negeri, halaman “Istana Negara”, Kabinet Goni, semua dipertemukan dalam pagelaran yang tak biasa. Selamat Datang di ART|JOG|2014.

[caption id="attachment_310341" align="aligncenter" width="594" caption="ART|JOG|2014, sebuah pertunjukkan seni rupa kontemporer yang tak biasa. Inilah art fair di mana para seniman dan masyarakat awam bertemu melalui karya untuk bersama-sama merayakan seni sekaligus melihat wajah demokrasi negeri ini. Disebut sebagai yang terbaik di Asia Tenggara, ART JOG menampilkan ratusan karya terbaik dari seniman dalam negeri dan mancanegara. ART JOG 2014 digelar 7-22 Juni di Taman Budaya Yogyakarta."][/caption]

ART JOG adalah pagelaran, pameran sekaligus bursa seni rupa kontemporer yang menjadi etalase bagi perkembangan seni dan pencampaian yang telah diciptakan oleh para seniman termasuk di antaranya pencapaian kreatif para seniman muda berbabakat tanah air. ART JOG adalah art fair di mana para seniman berkumpul untuk berkreasi menyampaikan pesan tertentu yang dihantarkan melalui media karya seni rupa yang mengagumkan. Sementara itu masyarakat awam diajak membaca pesan tersebut tanpa keharusan untuk sepakat dengan suara dibawa oleh setiap karya. Meski pada akhirnya mereka semua merayakannya bersama.

Tak sembarang karya bisa ditampilkan di ART JOG 2014. Menerapkan seleksi yang profesional dan kurasi yang ketat, ART JOG disebut-sebut sebagai yang terbaik di Asia Tenggara dalam hal kualitas kurasi. Tak heran jika ART JOG telah menjadi magnet dan agenda seni rupa kontemporer di Asia berkat karakternya yang unik. Apalagi pagelaran ini dilangsungkan di Yogyakarta yang dianggap sebagai episentrum kreativitas seni kontemporer Asia Tenggara. Ruh seni serta nafas kreatif ART JOG memang kawin dengan karakter Yogyakarta yang kukuh memegang tradisi namun juga dinamis terhadap kemajuan zaman.

[caption id="attachment_310342" align="aligncenter" width="540" caption="Ruang pamer Taman Budaya Yogayakrat menjadi rumah bagi ART JOG."]

14022896211511993226

[/caption]

[caption id="attachment_310343" align="aligncenter" width="540" caption="Pengunjung termasuk wisatawan mancanegara menikmati berbagai karya di ART JOG 2014 termasuk salah satunya karya lukis berukuran raksasa."]

1402289666255797462

[/caption]

14022897571499147582

Seorang pengunjung mengamati karya berjudul "Warisan Kota Hantu".

Ratusan karya seni rupa kontemporer ditampilkan dalam ruang dan display di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), venue yang sudah bertahun –tahun menjadi tuan rumah ART JOG. Semua karya tersebut adalah hasil kreativitas seni yang dilahirkan melalui daya kritis dan ekplorasi pemikiran sejumlah seniman dari berbagai daerah di Indonesia, juga sejumlah negara seperti Singapura, Jepang, Belanda dan Amerika Serikat.

[caption id="attachment_310345" align="aligncenter" width="528" caption="Para anggota Kabinet Goni berbaris di depan Taman Budaya Yogyakarta yang disulap layaknya Istana Negara. Kabinet Goni adalah karya utama pada ART JOG 2014."]

14022898252121945849

[/caption]

Kebiasaan yang tidak hilang dari ART JOG adalah selalu tampil mengejutkan. Jika tahun lalu ART JOG secara gila menyulap fasad depan Taman Budaya Yogyakarta menjadi lambung kapal raksasa dengan ratusan lempeng drum bekas, maka kali ini ART JOG secara mengagumkan memindahkan istana para pemimpin negeri. Fasad depan TBY diubah menjadi halaman depan Istana Negara lengkap dengan para menteri kabinet yang berdiri berbaris di depannya. Mereka semua adalah anggota Kabinet Goni.

[caption id="attachment_310346" align="aligncenter" width="540" caption="Seburuk inikah wajah para pemimpin dan wakil rakyat kita selama ini?. Mereka adalah Kabinet Goni"]

1402289939612107932

[/caption]

Kabinet Goni, itulah judul karya utama yang menjadi Commision Work ART JOG 2014. Karya Samsul Arifin ini adalah tafsir para wakil rakyat yang menduduki kabinet pemerintahan. Dengan berpose di depan istana mereka tampil sebagai sosok yang seolah-seolah cerdas dan bijaksana. Namun kenyataannya menggelikan. Melalui media karung goni, para anggota kabinetdiwujudkan dalam boneka-boneka penuh coretan, jahitan bahkan ada yang mengenakan topeng dan bom layaknya pembunuh. Wajah dan pose mereka ditampilkan beragam. Yang menggelitik adalah tampilnya wajah tikus di barisan terdepan Kabinet Goni. Tak banyak deskripsi yang disertakan dalam keterangan Kabinet Goni, masyarakat bebas untuk menerjemahkannya. Tapi siapapun yang melihat kabinet ini berdiri di depan Istana, lalu ada yang berwajah tikus di dalamnya, pasti bisa membaca pesan dan sindiran yang disampaikan oleh Kabinet Goni ini.Pedas layaknya satir, itulah Kabinet Goni.

Apa yang ditampilkan Kabinet Goni adalah benang merah dari ART JOG 2014. Secara cerdas pagelaran ini mengusung tema “Legacies Of Power”, sebuah pesan penuh makna sekaligus sindiran kepada bangsa Indonesia menjelang pergantian kekuasaan. Legacies of Power adalah cara seniman dan ART JOG untuk mengkritisi praktik dan produk demokrasi di Indonesia termasuk kusutnya wajah kepemimpinan nasional Indonesia menjelang Pemilu 2014.

1402290052745880272

"Igau"

ART JOG secara cerdas menggali serta menampilkan wajah demokrasi dan kepemimpinan Indonesia yang kusut. Itu sebabnya pula saat baru masuk ke dalam ruang pamer kita langsung disambut oleh sejumlah karya yang telak menyindir. Karya berjudul Igau” adalah salah satunya. Instalasi berupa 3 buah bantal yang satu dia antaranya berisi layar kecil menampilkan video orang yang berbicara tanpa suara. Igau. karya Theresia Agustina Sitompul ini adalah sindiran untuk para pembesar negeri yang gemar berbicara tapi tanpa makna seperti orang mengigau.


1402290117807960138

"Istana Tanpa Jendela"

Kemudian “Istana Tanpa Jendela” karya Erianto. Lukisan akrilik di atas kanvas berukuran 170x52x9 cm ini tanpa basa-basi mengkritik Indonesia yang selama ini gencar berdemokrasi dengan mengadopsi prinsip-prinsip negara barat padahal sebenarnya bukan itu yang dibutuhkan. Indonesia perlu memikirkan sendiri demokrasi yang sesuai dengan jati dirinya. Dengan kata lain Indonesia telah terjebak dalam trend demokrasi dari luar sementara jati diri bangsa secara jelas sudah berbeda. Boleh jadi inilah simpul pertama kusutnya demokrasi di negeri ini.


14022902121994986293

"Zoo".

[caption id="attachment_310374" align="aligncenter" width="540" caption="Meringkas orde baru."]

14022920432025607021

[/caption]

Berikutnya ada “Zoo” karya Dedy Sufriadi. Lukisan akrilik di atas kanvas berukuran 195x400 cm ini memuat unsur teks, harus, bentuk dan warna yang mengekpresikan gugatan atas masalah-masalah di bidang ekonomi, politik, budaya hingga kekuasaan. Lalu mengapa diberi judul “Zoo”?. Namanya juga gugatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline