Ramadhan memang bulan penuh berkah. Tak hanya bagi umat Islam yang selalu menantikan bulan ini sebagai momentum untuk memperkuat ibadah dan memanen pahala, namun juga bagi banyak orang yang menjadikan puasa sebagai bulan untuk mengharap rezeki rupiah lebih banyak. Maraknya pedagang jajanan dan minuman khas Ramadhan menjelang berbuka menjadi buktinya. Banyak di mereka yang sebenarnya bukanlah pedagang namun di saat Ramadhan tiba mereka "mendadak jualan".
[caption id="attachment_314406" align="aligncenter" width="599" caption="Slamet, seorang penjual kelapa muda di Jalan Raya Bojongsari Purbalingga, Jawa Tengah (5/7/2014). Slamet adalah satu dari banyak penjual dadakan yang mengharapkan berkah rupiah dengan berjualan kelapa muda di bulan Ramadhan tahun 2014 ini."][/caption]
Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk membeli makanan dan minuman khas berbuka menggoda banyak orang dengan menjadikannya kesempatan menambah pendapatan. Salah satunya adalah Slamet, seorang warga di Kabuparen Purbalingga, Jawa Tengah. Ia yang sehari-hari bekerja membantu saudaranya di tempat pencucian mobil dan motor, pada Ramadhan tahun ini memilih menjadi penjual kelapa muda di sore hari.
Kelapa muda memang menjadi buruan banyak untuk berbuka. Airnya yang menyegarkan dan daging buahnya yang lembut nikmat sangat pas untuk berbuka. Tak heran jika di bulan Ramadhan ada banyak penjual kelapa muda berjejer di jalanan padahal di luar Ramadhan mencari kelapa muda seringkali tidak mudah.
[caption id="attachment_314407" align="aligncenter" width="339" caption="Slamet sedang memilih kelapa muda untuk pembelinya."]
[/caption]
Slamet tak sendiri. Di sepanjang Raya Bojongsari Purbalingga ada banyak orang seperti dirinya yang menggelar puluhan hingga ratusan buah kelapa di pinggir jalan. Pemandangan buah kelapa pun menjadi sangat mencolok di jalan yang menjadi penghubung jalur utara dan jalur selatan di Jawa Tengah bagian barat ini. Para penjual umumnya hanya meletakkan buah kelapa di pinggir jalan dengan alas karung atau plastik.
Memilih Jalan Raya Bojongsari sebagai tempat berjualan kelapa muda bukan tanpa alasan. Selain ruas jalannya yang ramai dan lebar, Jalan Raya Bojongsari juga menjadi gerbang menuju obyek-obyek wisata andalan di Purbalingga seperti Owabong, Sanggaluri Park dan agrowisata di kaki Gunung Slamet.
[caption id="attachment_314411" align="aligncenter" width="540" caption="Slamet berjualan kelapa muda di tepi Jalan Raya Bojongsari Purbalingga."]
[/caption]
[caption id="attachment_314412" align="aligncenter" width="570" caption="Banyaknya orang mencari kelapa muda untuk berbuka puasa mendatangkan rezeki bagi penjual dadakan seperi Slamet. Setiap sore selama Ramadhan ia bisa menjual sedikitnya 40 butir kelapa yang dihargai Rp. 5000 per butir. "]
[/caption]
Kebanyakan penjual kelapa muda mendapatkan stok kiriman dari pedagang besar pengumpul kelapa muda. Namun Slamet beruntung karena ia mendapatkannya langsung dari saudaranya yang memiliki banyak pohon kelapa. Meski ia harus memanjat sendiri namun keuntungan yang didapatnya lebih besar. Slamet juga beruntung karena tempat tinggalnya sangat dekat dengan Jalan Raya Bojongsari sehingga ia tak membutuhkan ongkos tambahan untuk mengangkut jualannya.
Bermodalkan kantung plastik, golok, teko air, dan “kerokan” buah kelapa yang terbuat dari tutup betal bekas, sejak pukul 15.00 WIB Slamet menunggu pembeli yang kebanyakan adalah para pengguna jalan. Menurutnya kebanyakan pembeli membeli 2 buah kelapa sekaligus.
[caption id="attachment_314410" align="aligncenter" width="540" caption="Menyiapkan kelapa muda pesanan pembeli."]
[/caption]
[caption id="attachment_314409" align="aligncenter" width="359" caption="Menuangkan air kelapa muda."]
[/caption]
Kelapa muda yang dijual Slamet memiliki karakteristik dan umur yang tidak seragam. Untuk itu ia selalu menawarkan kepada pembelinya apakah menghendaki kelapa muda dengan daging yang tipis dan air yang banyak atau kelapa dengan daging yang sudah agak tebal. Tak sulit baginya membedakan tingkat kematangan kelapa. Dengan beberapa kali tepukan tangan ia membantu pembelinya memilih kelapa. Tubuh kurusnya cekatan menebas ujung kelapa dengan golok. Air kelapa yang kaya vitamin dan hormon kemudian ia tampung di teko plastik. Selanjutnya ia membelah buah kelapa dan mulai mengerok dagingnya. Sementara untuk pembeli yangsedang buru-buru Slamet menyiapkan air kelapa dan daging kelapa yang sudah dibungkus plastik dengan harga yang sama.
[caption id="attachment_314408" align="aligncenter" width="560" caption="Mengharap berkah rupiah dari segarnya kelapa muda di Bulan Ramadhan."]
[/caption]
Minggu pertama berjualan di bulan puasa, Slamet bisa menjual rata-rata 40 butir kelapa muda tiap sore. Jika sedang ramai kelapa mudanya bahkan bisa laku hingga 50 butir. Dengan harga Rp. 5000 per butir, Slamet pun bisa mendapatkan keuntungan bersih hingga Rp.100.000 setiap hari. Jumlah yang lumayan dengan hanya berjualan selama 3-4 jam. Dengan menyingkirkan gengsi dan menyisihkan waktu serta tenaga tambahan, Slamet dan orang-orang seperti dirinya mengharap berkah puasa dan meraup rupiah dari segarnya kelapa muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H