Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Uang Elektronik, Kampus dan Mahasiswa "Relawan Stabilitas Sistem Keuangan"

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1415640729911802496

[caption id="attachment_334554" align="aligncenter" width="629" caption="Kartu prabayar uang elektronik yang sudah saya gunakan sejak awal tahun 2013."][/caption]

Sebagai terobosan dan alternatif sistem pembayaran, uang elektronik (e-money) menjadi salah satu instrumen penjaga stabilitas sistem keuangan (SSK). Selain mengurangi peredaran uang palsu, penggunaan uang elektronik relatif cepat sehingga bisa meningkatkan efesiensi nasional. Uang elektronik juga dapat mendekatkan masyarakat dengan bank sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap istitusi perbankan. Kepercayaan masyarakat adalah syarat penting terciptanya stabilitas sistem keuangan yang mantap.

Sejak diperkenalkan tahun 2007, penggunaan uang elektronik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Tak hanya jumlah uang elektronik yang diterbitkan, nilai dan volume transaksi menggunakan uang elektronik juga meningkat. Meskipun demikian penetrasi uang elektronik di Indonesia dianggap masih lamban. Ketidaktahuan banyak masyarakat tentang uang elektronik masih cukup tinggi. Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan tahun 2013 sudah seharusnya diikuti sosialisasi dan pengembangan uang elektronik ke seluruh lapisan masyarakat secara terus menerus.

Salah satu cara untuk memperluas penggunaan uang elektronik adalah mendekati dan merangkul generasi muda khususnya mahasiswa. Sikap terbuka terhadap perubahan serta rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang baru adalah potensi dari generasi muda dan mahasiswa yang bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan penggunaan uang elektronik. Apalagi sistem uang elektronik memungkinkan diintegrasikan dengan berbagai teknologi seperti komunikasi di mana generasi muda cukup mudah menerimanya.

Sayangnya generasi muda justru menjadi kelompok yang paling “terasing” dari 3 kelompok usia pengguna uang elektronik di Indonesia. Data MARS tahun 2013 menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat usia 18-24 tahun terhadap uang elektronik hanya sebesar 16,7%. Sementara kesadaran tertinggi dimiliki oleh kelompok usia 15-34 tahun yang mencapai 30,9%. Bahkan tingkat kesadaran penggunaan uang elektronik kelompok usia 35-55 tahun masih lebih tinggi dibanding kelompok usia muda.

[caption id="attachment_334555" align="aligncenter" width="532" caption="Sebaran penggunaan uang elektronik di Indonesia menurut usia dan kota (MARS Indonesia, 2013)."]

14156408501497154093

[/caption]

Hal ini cukup disayangkan karena generasi muda khususnya mahasiswa bisa memberikan pengaruh positif yang besar dalam hal penggunaan uang elektronik. Oleh karena itu untuk memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia perlu menggarap potensi generasi muda, salah satunya dengan blusukan ke kampus mendekati mahasiswa.

Menciptakan dan mengembangkan kawasan non-tunai di kampus adalah cara yang bisa dikembangkan agar mahasiswa mau menggunakan uang elektronik. Apalagi saat ini sudah banyak kampus perguruan tinggi membangun fasilitas yang bisa diintegrasikan dengan uang elektronik seperti koperasi mahasiswa,minimarket kampus, foodcourt hingga bank corner. Pintu penetrasi uang elektronik semakin terbuka lebar mengingat sudah semakin banyak perguruan tinggi yang mengintegrasikan kartu mahasiswa dengan kartu ATM.

Bank Indonesia dan para penerbit uang elektronik perlu meningkatkan inovasi penetrasi uang elektronik di lingkungan kampus. Hal ini sebenarnya telah dicoba di beberapa perguruan tinggi. UGM salah satunya yang sejak 2 tahun telah memulai penggunaan kartu mahasiswa sebagai kartu serba guna yaitu sebagai kartu ATM dan kartu uang elektronik yang bisa diisi ulang untuk membayar tiket bus Trans Jogja. Sayangnya hal ini belum diikuti dengan sosialisasi yang memadai. Uang elektronik juga belum bisa digunakan secara luas di berbagai minimarket dan koperasi mahasiswa di lingkungan kampus padahal sehari-hari tempat itu tak pernah sepi dari transaksi pembelian yang dilakukan oleh warga kampus. Di kampus lain yang telah memiliki kawasan modern seperti perpustakaan Universitas Indonesia, penetrasi uang elektronik berpotensi ditingkatkan dengan memanfaatkan berbagai merchant yang ada di tempat tersebut.

[caption id="attachment_334556" align="aligncenter" width="560" caption="Kompas Gramedia Value Card, kartu serba guna yang bisa difungsikan sebagai uang elektronik."]

1415640964586264137

[/caption]

Penting untuk merangkul generasi muda dan mahasiswa sebagai “Relawan Stabilitas Sistem Keuangan” dengan cara menarik minat mereka untuk menggunakan uang elektronik. Mahasiswa perlu untuk diajak merasakan manfaat dari uang elektronik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di kampus mereka. Sikap kritis generasi muda dan mahasiswa juga berharga sebagai bahan evaluasi karena stabilitas sistem keuangan juga memerlukan peran serta masyarakat.

Kampus adalah lingkungan yang ideal untuk meningkatkan penetrasi uang elektronik dan mahasiswa adalah para “Relawan Stabilitas Sistem Keuangan” yang potensial karenasikap mereka yang terbuka terhadap inovasi bisa menghasilkan efek berantai yang baik.

Tulisan lainnya: 2 Tahun Memakai Uang Elektronik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline