Presiden Jokowi/Kompas.com
Saya masih berfikir sama seperti saat yang lalu di bilik suara mencoblos gambar wajahnya pada surat suara. Saya pun masih percaya seperti apa yang dulu majalah Times tulis dengan huruf besar di sampulnya dengan sebutan “A New Hope”. Ia adalah harapan kita, sama seperti dahulu kita selalu menggantungkan harapan pada setiap presiden baru yang terpilih.
Namun hari ini, bahkan sejak hari-hari yang lalu, saya harus menarik nafas dan mempertimbangkan ulang masihkah harapan itu ada atau diturunkan sedikit kadarnya?. Hari ini saja melihat trending di twitter begitu menyesakkan.
Tapi mau dikatakan apalagi, saya pun kecewa. Padahal masih ada rasa bangga punya Presiden dan Menteri yang dengan gagah menenggelamkan kapal pencuri ikan dengan bom-bom di lautan. Sekarang pun masih ada rasa takjub memiliki Presiden yang berani mengumumkan sendiri kenaikan harga BBM. Juga ada rasa haru memiliki Presiden yang dengan sentuhan humanisnya menjenguk Papua. Ah, pokoknya ada banyak alasan mengapa Presiden ke-7 Indonesia adalah harapan baru.
Presiden melalui Bapak Polisi bernama Budi Gunawan pilihannya telah mengukir sejarah sebagai “Pemersatu Bangsa”. Bagaimana tidak, hari ini kita menyaksikan dua entitas politik terbesar yakni Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat yang sejak pemilu hingga duduk di parlemen terus berkelahi merusak nalar bahkan tak jarang dengan cara yang memalukan, kini bisa disatukan dengan sangat mudah tanpa rapat islah! Bukankah “persatuan” ini adalah hal yang selama ini kita harapkan?.
Presiden dan Bapak Polisi bernama Budi Gunawan juga dengan gemilang mempersatukan TV One dan Metro TV. Dua TV nasional yang selama ini berada di dua kutub yang berbeda itu kini dalam sekejab menjadi se-iya sekata seperti sepasang soulmate. Dulu membandingkan keduanya kita bisa dengan mudah mengidentifikasi mana TV yang Oon dan mana TV yang agak waras. Namun setelah akur, keduanya benar-benar tak bisa dibedakan. Selamat untuk keduanya, mungkin bisa dipertimbangkan agar TV One dan Metro TV digabung.
Tapi ternyata persatuan-persatuan itu bukanlah sesuatu yang diharapkan. Bahkan mungkin lebih menakutkan dibandingkan saat mereka sedang bertengkar sekalipun.
Foto Presiden Jokowi di sampul belakang majalah Kabare KAGAMA edisi Oktober 2014. Sebagai lulusan Universitas Gadjah Mada, Presiden Jokowi adalah anggota dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada atau KAGAMA (dok. pribadi).
Seperti semuanya menjadi kacau. Sama kacaunya dengan menyaksikan betapa mudahnya seorang yang “hanya” ketua partai politik mondar-mandir mengunjungi Presiden dan setelah itu dengan percaya diri menyampaikan “arahan” kepada sang Presiden. Semoga ini bukan panggung “Ini Talkshow” di mana sang bintang utamanya tak keberatan menjadikan dirinya sebagai “host magang” dan mempersilakan orang lain untuk menjadi pengarah panggung acara miliknya.
Awalnya saya menduga jika ia sedang “Nabok Nyilih Tangan”. Juga sempat percaya jika ini adalah permainan cantik kolaborasi Presiden dan KPK dimana sang Presiden menjadi pengumpan untuk penyerang hebat bernama KPK yang mencetak gol. Namun kini saya menjadi ikut-ikutan cemas.
Tapi saya tak ingin menambah tagar #ShameOnYouJokowi. Semoga Tuhan melindungi Presiden kita dari kesalahan-kesalahan baru yang menyesakkan dan menjaganya dari orang-orang yang tak baik. Harapan itu masih ada. Tak mengapa jika selama ini ia masih segan dan kaku sebagai Presiden Magang yang diarahkan banyak “penasihat” dan “guru”. Pak Jokowi, anda bukan Presiden Magang. Kini rakyat Indonesia menanti anda tampil sebagai Presiden Indonesia!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H