Warna warni merah putih menghiasi jalan, gedung, mobil dan segala bentuk yang bisa ditempeli hiasan. Sorak ramai mulai memenuhi kampung-kampung dengan berbagai macam perlombaan, diskon khusus Agustus hingga diskon khusus untuk yang bernama Agus mewarnai semarak Hari Kemerdekaan. Tapi apakah riuh ramai perlombaan dan aneka pagelaran itu ada yang sampai di hati? Membuat jiwa tergugah untuk menjadi pejuang NKRI? Karena sejatinya negeri ini masih berbalut perban penuh luka yang belum sembuh atau bahkan malah sudah bernanah dan membusuk. Karena terabaikan atau sengaja diabaikan.
Sekarang orang ramai saling memberikan komentar, kritik dan hujatan pada kelakuan pemerintah dan tokoh-tokoh atas nama politik dan agama yang berseliweran di TV dan media sosial bak artis papan atas. Salahkah semua itu? Yah.. terserah yang menilai saja lah ya. Semua yang berbau politik dan agama santer jadi bahan pembicaraan berseliweran di medsos.
Apakabar anak-anak bangsa yang menang perlombaan nasional dan internasional? Peneliti-peneliti tangguh yang hasil risetnya sebagian besar terserak di rak-rak perpustakaan? Pemuda-pemuda berbakat dan jenius yang agak terpinggirkan? Oh,, berita seperti itu fungsinya hanya cukup tahu saja. Tidak cukup lezat untuk dikomentari dan di share seantero negeri.
Coba renungkan kembali, ketika kritik tidak setuju dilayangkan pada pemerintahan, ketika demo menolak harga-harga dan menolak kebijakan, ketika meme hinaan diposting, ketika hujatan untuk kelompok tertentu di share, apakah semua itu benar untuk Indonesia? Benar karena hati yang tulus murni peduli pada beban sosial? Atau hanya untuk memberi makan ego, kepentingan pribadi atau kelompok?
Negara ini semakin menua, bumi gemah ripah ini juga bisa lelah dengan sesak manusia
Mari kita perbaiki, sedikit tidak apa
Sesekali memikirkan negara
Hai kalian yang berjiwa muda
Kaum cendekia
Kamu mau lakukan apa
Untuk Indonesia?