Lihat ke Halaman Asli

Petromak, Mengungkap Kembali Pesona Lampu Minyak Tradisional

Diperbarui: 11 November 2023   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock via canva.com

Lampu petromak, bukanlah jenis lampu yang asing bagi sebagian orang. Lampu ini sempat viral dan sangat diminati hingga akhir tahun 1990 an persis sebelum listrik masuk ke pedesaan. Lampu yang berbahan minyak tanah ataupun spritus ini memiliki kekuatan penerangan yang nyaris sama dengan bohlam 8 Watt. Lumayan untuk penerangan rumah kala itu dibanding lampu sentir yang hanya berbahan minyak tanah dan sumbu. Pun lampu ini tidak menghasilkan asap atupun sisa pembakaran yang berwarna hitam, sehingga cukup diminati masayarakat meskipun harganya cukup mahal.

Lampu petromak pertama kali didesain oleh Max Graetz  pada tahun 1910 dari perusahaan yang berpusat di Berlin. Pada prinsipnya saat menyalakan lampu petromak juga terjadi perubahan energi yaitu dari energi kimia yang dihasilkan bahan bakar lalu berubah menjadi energi listrik kemudian menjadi energi panas dan energi cahaya. Menggunakannya juga tidak sulit, bisa digantung atau bahkan dibawa-bawa ke suatu tempat sesuai keperluan pemiliknya. Hanya mungkin menghidupkannya yang sedikit susah, sebab minyak tanah harus diberi tekanan dengan cara dipompa.

Setelah listrik dari PLN masuk ke pedesaan, lampu petromak menjadi terabaikan. Perlahan keberadaannya menjadi punah. Lampu petromak menjadi barang antik yang kemudian diperebutkan oleh para kolektor barang antik. Tiga puluh tahun yang lalu, lampu ini banyak digunakan pada fasilitas-fasilitas umum seperti mushalla dan rumah-rumah yang digunakan pemiliknya untuk mengaji setelah sholat maghrib. Sekarang, lampu ini menjadi penanda bahwa sebenarnya negara Indonesia sudah banyak mengalami kemajuan. Desa-desa juga semakin benderang di malam hari. Sehingga aktifitas pada malam hari tak lagi terganggu.

Meski zaman telah berubah dan petromak dianggap jadul tapi sebenarnya lampu ini tak sepenuhnya hilang dari peredaran. Warga pesisir yang bekerja sebagai nelayan masih banyak yang menggunakan lampu ini sebagai penerangan ketika mereka berada di tengah laut. Sebab desainnya yang mudah dibawa. Selain itu lampu petromak kini menjadi ikon sebuah peradaban dan budaya yang pernah ada di pedalaman negeri. Penampakannya menjadi unik dan berkesan bagi mereka yang pernah menjadikan petromak teman masa kecilnya. Dan menjadi barang antic yang begitu estetik bagi mereka yang lahir di era 2000-an.

Selain itu, lampu petromak juga masih bisa dijumpai di beberapa tempat seperti museum sebab lampu ini dianggap bernilai sejarah. Tak hanya itu beberapa pebisnis di tempat makan juga ada mengembangkan restonya dengan tema "zaman dulu" lalu memajangkan lampu petromak untuk menambah kesan orizinalitas. Dan ini berhasil menarik banyak pelanggan untuk makan di tempat itu. Tak hanya pada resto, hotel sekalipun menggunakan lampu yang desainnya persis dengan Petromak. Petromak menjadi warisan berharga dalam budaya Indonesia terlebih bagi Masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline