Lihat ke Halaman Asli

Mendorong Gerakan Kemerdekaan Kedua

Diperbarui: 29 Mei 2017   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Agustus lalu Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan ke-71. Setiap tanggal 17 Agustus seluruh komponen bangsa merayakan penuh kegembiraan. Sebagai proklamator, Soekarno dalam pidatonya pernah mengatakan, hakikat kemerdekaan dilandaskan pada tidak terjajah, tidak menjajah, dan tidak membiarkan setiap bentuk penjajahan. Pertanyaannya, apakah kini Indonesia sudah benar-benar merdeka? Mungkin secara politis sudah merdeka, tetapi secara ideologi dan ekonomi belum.

Di era kemerdakaan, kekayaan alam bangsa dieksploitasi habis-habisan oleh korporasi asing dengan beberapa gelintir mitra Indonesia. Korporasi asing adalah perusahaan multinasional dan transnasional yang lebih dahsyat skala “perampokannya.” Kemampuan modal dan penguasaan teknologi tiada banding era penjajahan Belanda. Demikian pengantar Nasib Rakyat Indonesia dalam Era Kemerdekaan.

Buku mengungkap bahwa bangsa ini belum seutuhnya merdeka. Buku coba menyadarkan masyarakat, Indonesia masih dalam cengkeraman asing. Penjajahan era kemerdekaan sudah masuk pembuatan undang-undang seperti UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Ini pertama kali terbit sebagai hasil tim ekonomi dengan sebutan the Berkeley Mafia.

Dalam UU ini sangat jelas betapa besar pengaruh pemerintahan AS mendiktekan isi guna “menjajah ekonomi” oleh korporatokrasi (halaman 37-38).

Jadi wajar jika perusahaan-perusahaan AS sudah puluhan tahun beroperasi di sini seperti Freeport, Newmont, dan Chevron. Freeport sudah menambang sejak 1967. Buku juga membahas bahaya laten korupsi. KKN is the roots of all evils.KKN tidak terbatas pada mencuri uang, tetapi lambat laun juga merasuk ke dalam mental, moral, tata nilai, dan cara berpikir.

Daya rusak KKN sangat dahsyat karena menjadikan orang tidak normal lagi dalam bersikap, perilaku dan nalar berpikirnya.

Untuk melawan berbagai persoalan yang membelit bangsa dibutuhkan gerakan kemerdekaan kedua. Kemerdekaan pertama boleh diakatakan sudah gagal menciptakan jembatan emas menuju kesejahteraan dan kemakmuran berkeadilan.

Gerakan ini tentu membutuhkan pengorbanan dan harus melibatkan seluruh komponen bangsa. Rakyat harus mengerahkan seluruh kekuataan untuk memperoleh kembali kemandirian agar tidak terus-menerus dijajah. Tidak ada bangsa kuat, sejahtera, dan makmur berdasar bangsa lain.

Gerakan kemerdekaan kedua tidak berarti anti-asing. Kita tetap bergaul dengan masyarakat internasional, bersahabat dengan bangsa mana pun juga. Namun, pada derajat yang sama, tidak dengan tangan menadah. Persahabatan sejati, kokoh dan langgeng hanya ada di antara orang-orang yang sederajat. Tidak ada persahabatan sejati antara tuan dan budak.

Buku yang diperkaya dengan contoh ini, seyogianya menjadi bacaan masyarakat, khususnya kaum terdidik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline