BANYUWANGI-- Pariwisata merupakan salah satu industri yang berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Di tengah pandemi ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah membuka kembali sektor tersebut dengan menerapkan strategi aman untuk COVID-19. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur terus melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan di banyak destinasi wisata. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan 10 destinasi wisata tersebut antara lain Kawah Ijen Volcano, Bangsrin Underwater, Great Vadododo (GWD), Taman. Wisata Pertanian Sulu (AWT), Taman Terra Gandrew, Pantai Kakaran, Pantai Meilao, Hutan De Jawatan, Pantai Mustika, dan Taman Nasional Alaspuwo. Simulasi akan dilakukan untuk mengecek persiapan destinasi wisata menyambut adanya New Normal untuk ke depannya. Ini agar pada saatnya dibuka nanti, wisata yang aman, sehat, bersih menjadi standar kita semua dan mengungkapkan terdapat beberapa perbedaan strategi pariwisata Banyuwangi pada masa New Normal ini," ujar Anas di Banyuwangi, Selasa (16/6).
Kalau dulu industri pariwisata yang dijual dan menjadi daya tarik adalah harga dan jasa, tetapi sekarang tidak lagi. Hal nomor satu saat ini adalah kesehatan, kebersihan dan keselamatan kerja sehingga protokol kesehatan menjadi peran yang utama. Bupati Abdullah Azwar Anas dalam Dialog Ruang Digital di Media Center Satgas Nasional di Jakarta (5/7), jangan sampai turis datang sekali dan tidak mau kembali lagi. Anas melanjutkan, banyak peserta travel yang secara bertahap melakukan simulasi implementasi normal baru di banyak destinasi perjalanan. Hal ini untuk memastikan protokol kesehatan dilaksanakan dengan baik oleh pelaku usaha tersebut. Selain itu, pelaksanaan kegiatan pariwisata di Banyuwangi juga mengalami perubahan, misalnya jadwal operasional tempat wisata yang aktif tujuh hari dalam seminggu, dan saat ini paling lama hanya lima hari dalam seminggu. Dalam proses adaptasi dengan kebiasaan baru tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah melakukan berbagai simulasi untuk mempersiapkan dibukanya industri pariwisata.
Salah satunya adalah melalui aplikasi ini, pengunjung dapat mengetahui hotel dan restoran mana saja yang telah lulus sertifikasi perjanjian kesehatan. Tidak hanya harus bersertifikat, hotel dan restoran bersertifikat juga harus dipantau secara berkala agar dapat terus mempertahankan layanannya dan tidak melanggar regulasi yang ditetapkan.
Bupati Abdullah Azwar Anas juga menegaskan, jika hotel dan restoran melanggar aturan kebersihan, maka akan segera ditutup dan tidak dibuka untuk bisnis. Bupati Abdullah mengatakan: "Hotel dan restoran juga harus melaksanakan kesepakatan COVID-19 pada hari pertama di hari kedua, namun jika ada kejanggalan di hari kedua karena kondisi ramai, seperti tidak memakai masker, tamu tidak menjaga jarak. Kami akan segera tutup. Selain itu, Bupati Anas menjelaskan bahwa membuka objek pariwisata di Banyuwangi bukanlah tempat yang paling berisiko tinggi. Karena, Jumlah objek parwisata dan wisatawan terbatas, dan konsep baru telah diadopsi dalam pelayananan tersebut.
Salah satu konsep tersebut adalah staycation atau di satu tempat telah disediakan berbagai atraksi dan layanan yang dapat dinikmati wisatawan tanpa perlu berpergian sehingga dapat mengurangi potensi penularan COVID-19. Selain itu jumlah wisatawan tentunya juga dibatasi dengan menggunakan konsep reservasi online sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung dapat dikendalikan dan tidak ada keramaian di satu tempat wisata. Jenis makanan yang disajikan kepada wisatawan juga diutamakan yaitu makan sehat atau pengolahan lebih banyak dibakar bukan digoreng. Tentu saja, infrastruktur teknis yang disiapkan tidak membuat kebiasaan baru.
Banyuwangi mudah diadaptasi dan diterapkan. Anas mengungkapkan, cukup sulit membuat orang memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat telah melatih buletin pengelola pariwisata agar mampu mengembangkan kebiasaan baru, atau masyarakat Banyuwangi menyebutnya dengan kebiasaan anyar. Bupati Abdullah Anas mencontohkan, memberikan sertifikat panduan pencegahan pengunjung di masa mendatang, sosialisasi dengan pendeta dan ulama, memberikan workshop untuk sanggar, dan memberikan Pelaku alat dan produk tata rias menggunakan tata rias, dan sekarang mereka harus menyiapkan alat dan produk rias sendiri, "katanya:" Meski teorinya sangat sederhana, namun praktiknya pasti sulit. "
Meski demikian, pihaknya harus bekerja keras dengan dukungan aturan dan regulasi yang ketat serta disiplin agar mampu melaksanakan dengan baik keselamatan dan kenyamanan bersama sesuai dengan regulasi kesehatan untuk menyambut wisatawan ke Banyuwangi. Anas juga meminta masyarakat yang akan berangkat ke Banyuwangi untuk mengkritik penyedia atau pengelola destinasi tanpa ragu jika tidak mematuhi kesepakatan COVID-19. Bagi wisatawan, jangan ragu untuk mengkritik pengelola destinasi karena tidak menerapkan protokol COVID-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H