Lihat ke Halaman Asli

Thrifting ala Gen Z: Gaya Unik, Hemat, dan Ramah Lingkungan

Diperbarui: 22 Januari 2025   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gen Z---generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012---telah menemukan cara yang lebih bijak untuk berbelanja: thrifting atau membeli barang bekas. Ini dilakukan di tengah tren konsumsi yang semakin tinggi dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Thrifting bukan hanya cara untuk menghemat uang, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran sosial dan lingkungan yang sangat penting bagi generasi ini. Thrifting menjadi tren yang berkembang pesat di kalangan Gen Z karena gaya yang unik, hemat, dan ramah lingkungan.

Gaya Unik yang Tidak Terbatas Tren

Salah satu alasan mengapa thrifting begitu menarik bagi Gen Z adalah kesempatan untuk menemukan barang-barang dengan gaya yang berbeda dan penuh karakter. Alih-alih mengikuti tren mode yang cepat berubah dan sering dipengaruhi oleh musim, banyak dari mereka memilih berbelanja di toko barang bekas atau pasar loak untuk mendapatkan pakaian dan aksesoris yang langka dan unik. Dengan cara ini, Gen Z bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara yang lebih otentik dan berbeda dari kebanyakan orang.

Tren ini semakin populer berkat banyaknya influencer  dan selebritas yang mempromosikan thrifting di media sosial. Platform seperti Instagram maupun TikTok menjadi tempat di mana mereka menunjukkan temuan fashion keren dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini menciptakan komunitas yang saling menginspirasi dan memberikan ide kreatif tentang cara memadukan pakaian bekas agar tetap terlihat modis.

Hemat dan Bijak Mengelola Uang

Bagi banyak Gen Z yang masih kuliah atau baru memulai karier, mengelola keuangan adalah hal yang sangat penting. Thrifting jadi pilihan belanja yang jauh lebih hemat daripada membeli barang baru dari produk ternama. Dengan anggaran yang terbatas, mereka bisa mendapatkan pakaian berkualitas tinggi---bahkan barang-barang branded---dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Barang bekas bukan berarti kualitasnya buruk, sering kali, pakaian yang dijual hanya dipakai beberapa kali dan masih dalam kondisi sangat baik, namun harganya jauh lebih murah dibandingkan membeli barang baru.

Selain itu, thrifting membantu mengurangi kebiasaan belanja impulsif yang sering terjadi ketika berkunjung ke toko retail besar. Berburu barang bekas yang unik dan terbatas justru membuat mereka lebih selektif dan berpikir matang sebelum membeli. Thrifting mengajarkan untuk lebih menghargai nilai suatu barang dan membuat keputusan belanja yang lebih bijak, tanpa terjebak pada dorongan untuk membeli sesuatu hanya karena sedang tren.

Ramah Lingkungan dan Mengurangi Limbah

Thrifting tidak hanya hemat, tapi juga pilihan yang ramah lingkungan, yang pastinya jadi perhatian utama bagi banyak orang. Generasi ini sadar dengan dampak besar industri fashion terhadap lingkungan, mulai dari limbah tekstil hingga penggunaan bahan yang merusak alam. Dengan membeli barang bekas, mereka ikut mengurangi permintaan terhadap produksi pakaian baru, yang berarti juga mengurangi konsumsi sumber daya alam, penggunaan air, dan emisi karbon yang biasanya muncul saat pembuatan pakaian baru. Thrifting jadi langkah nyata untuk mendukung gerakan slow fashion, yang lebih mengutamakan kualitas dan keberlanjutan daripada cuma mengejar kuantitas dan kecepatan produksi.

Selain itu, dengan mendaur ulang pakaian yang sudah ada, thrifting juga memperpanjang siklus hidup barang, yang secara tidak langsung membantu mengurangi sampah tekstil yang sering berakhir di tempat pembuangan. Banyak toko barang bekas atau pasar loak bahkan menerapkan prinsip daur ulang, seperti memperbaiki atau memodifikasi barang yang rusak sebelum dijual lagi, jadi barang-barang tersebut tidak hanya disimpan, tapi diberi kesempatan untuk hidup kembali.

Thrifting: Lebih dari Sekadar Tren, Ini adalah Gaya Hidup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline