Lihat ke Halaman Asli

Wardah Fajri

TERVERIFIKASI

Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

"Get Up Stand Up" Kisah Menjadi Komika yang Lebih Dewasa

Diperbarui: 17 April 2016   03:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Film Get Up Stand Up / Movie.co.id"][/caption]

Sepuluh hari dari sejak muncul di layar lebar 7 April 2016, film Get Up Stand Up masih "nangkring" di dua bioskop XXI di Jakarta (Citraland dan Kalibata), dan rata-rata satu bioskop di beberapa kota lainnya seperti Bekasi, Bandung, Batam, dan lainnya. Catatannya, film ini untuk Dewasa di atas 17 tahun, jadi jangan ajak anak-anak menyaksikan film komedi ini karena memang ada adegan dan dialog yang kurang tepat disaksikan anak-anak. Soal ceritanya, ini perspektif saya.

Film memang menjadi sarana paling tepat menyebarkan pesan dan inspirasi. Selain menghibur, film juga memotret kehidupan yang dikemas menjadi tontonan menyegarkan. Ini yang saya dapatkan usai menonton film terbaru KG Studio, Get Up Stand Up, mengangkat kisah Komika SUCI, para bintang utama program Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV.

Ekspektasi awal penonton atau setidaknya saya terhadap film ini adalah ceritanya lucu, alurnya menarik bisa menghibur mengocok perut. Wajar saja muncul harapan seperti itu karena film ini membawa nama besar program TV genre komedi.

Bagian awal film ternyata lebih banyak drama dibandingkan komedi. Saya menunggu dari adegan per adegan kelucuan dari para Komika.

Saya tidak kecewa, karena film ini memang ingin bercerita tentang perjalanan pria menjadi dewasa dengan hidupnya, dan wanita yang setia mendampingi sekaligus bersikap rasional lantaran prianya tak juga dewasa.

Sejatinya, Get Up Stand Up adalah film drama mengisahkan perjalanan individu untuk bangkit, move on bahasa kekiniannya, dari berbagai masalah hidupnya. Meski ceritanya kental sekali dengan urusan percintaan, patah hati, pertengkaran yang dipicu prinsip hidup, film ini dikemas berbeda dengan unsur komika di dalamnya.

Tak perlu menunggu lama untuk saya mendapatkan apa yang saya inginkan dari film ini. Yakni tertawa dengan gestur dan kalimat lucu khas Komika.

Berlatar proses seleksi kompetisi stand up comedy, penonton film ini pun mulai diajak tertawa berjamaah. Akhirnya, penampilan komika yang disajikan berbeda sebagai adegan film layar lebar, menghibur penonton, setidaknya saya merasa terhibur.

Happy ending menjadi penutup film ini. Namun bukan itu yang menarik dari film ini. Perjuangan wanita (Fatiya) yang mendampingi pria (Babe) dengan harapan hidupnya berubah lebih baik demi masa depan impian, itu yang jauh lebih menarik.

Cerita di film ini sungguh sangat dekat dengan kita. Setidaknya saya bisa merasakan bagaimana perjalanan sepasang manusia yang berusaha mengubah hidup lebih baik mencapai impian bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline