[caption caption="Pasar Ketupat Palmerah/Dok pri"][/caption]
Entah Lebaran tahun 2015 ini apakah serempak atau tidak. Semestinya sih, kalau awal Ramadhan sudah kompak, ya Lebaran pun dirayakan serempak. Meski Sidang Isbat belum dimulai, pemerintah belum berani mengambil sikap, warga mulai bersiap. Dari berburu ketupat sehingga bikin macet kawasan pasar, menjelajah mall memanfaatkan diskon yang katanya besar-besaran jelang Hari Raya sampai larut malam, tak ketinggalan aktivitas di dapur yang makin tinggi lantaran banyak yang sengaja membuat aneka hidangan khas Lebaran sesuai selera dan kebiasaan keluarga Indonesia.
Soal penetapan 1 Syawal, selalu terngiang obrolan santai warga kalau ditanya kapan Lebaran? "Ikut pemerintah ajah" Itulah komentar paling umum dan aman yang terlontar spontan. Kalau sesuai kalender, Lebaran jatuh pada Jumat, 17 Juli 2015. Sudah tertera tanggal merah 17-18 Juli, dan 16 Juli pemerintah sudah menetapkan cuti bersama, sebagian besar perkantoran libur meski sebagian karyawannya barangkali tak peduli karena sudah mengambil cuti jauh hari sebelumnya untuk mudik bertemu keluarga tercinta.
"Ikut pemerintah ajah" kapan pun 1 Syawal ditetapkan, Lebaran toh tetap akan datang. Suasana khas Lebaran dengan berbagai persiapannya, masih kental terasa. Biasanya, yang paling akhir disiapkan adalah ketupat. Maklum, kalau ketupat telalu lama dibuat, sementara pemerintah belum bersikap, bisa basi dan tak enak dimakan lagi.
Seakan paham penentuan 1 Syawal bakal tak jauh dari perhitungan kalender, pasar pun "membaca" keadaan. Kulit ketupat baru siap dipasarkan H-2.
Lantaran saya berkantor di samping Pasar Palmerah yang identik dengan aneka anyaman daun kelapa. Jika hari biasa di kawasan Pasar Palmerah dekat Pasar Pisang Palmerah Barat kanan kiri jalan banyak dijajakan janur, mulai H-3 Lebaran kulit ketupat mulai terlihat. Pagi hari, H-2 ternyata semakin banyak daun kelapa yang sudah dibentuk menjadi kulit ketupat siap diisi beras dan dimasak.
Tumpukan kulit ketupat berjejer sepajang Pasar Palmerah, di pinggir jalan raya. Warga terutama kaum ibu mulai memburunya. Ada yang membeli dalam jumlah secukupnya, sepertinya hanya untuk konsumsi keluarga. Ada juga yang memborong dalam jumlah besar, saya duga pembeli tipe ini adalah penjual ketupat matang atau reseller kulit ketupat di kampung-kampung. Bisnis ketupat siap santap bisa jadi masih banyak peminatnya, apalagi makin banyak cluster-cluster di tengah hingga pinggiran kota, yang penghuninya adalah kalangan bekerja yang sibuk, tak sempat masak, punya daya beli tinggi, tinggal pesan, makan, praktis dan mudah. Mesi tak sedikit juga yang memilih memasak sendiri, supaya Lebaran semakin terasa dengan aroma rebusan ketupat yang khas di dapur sendiri.
Akibat warga berburu kulit ketupat, lalu lintas di pasar pun tersendat. Bagi pengguna jalan yang masih harus menempuh perjalanan menuju kantor, bersabar saja lah. Tak apa menikmati kemacetan yang lumrah tapi tak biasa akibat ketupat ini. Nikmati saja suasana khas Lebaran yang bikin tak sabar untuk segera kumpul keluarga menikmati hidangan lezat salah satunya ketupat sayur. Kemacetan di pasar yang sebenarnya lumrah ini menjadi biasa saja, karena hanya pasar yang biasanya macet sementara di jalan utama lancar-lancar saja, bahkan cenderung lengang. Ini tandanya Lebaran semakin dekat karena banyak pengguna jalan sudah mulai meninggalkan Jakarta, mudik ke kampung halamannya. Atau sebagian pengguna jalan yang biasanya sibuk sejak pagi berangkat dari rumah menuju kantor sudah berlibur bersantai bersama keluarga.
Ketupat, pasar yang macet, dan lengangnya jalan raya, tanda Lebaran tiba. Selamat berlibur semuanya, selamat berkumpul bercengkrama bersama orang-orang tercinta. Selamat Lebaran.