Lihat ke Halaman Asli

Siti Wardah

Mahasiswi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEB ULM'17

Bumi pun Ingin Diperhatikan

Diperbarui: 27 April 2020   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagai padi yang berumpun banyak, bukan hanya tentang keindahan alam wisatanya yang memanjakan mata namun sumber daya alam yang melimpahpun juga menjadi daya tarik kota. Sebuah kota yang terbilang cukup muda di wilayah Kalimantan Selatan, Balangan sang kota dengan motto "Sanggam" atau Sanggup Bagawi Gasan Masyarakat.

Berbicara mengenai sumber daya alam Balangan, tentu kita akan teringat dengan pertambangan besar batu bara yang sekarang ini hampir berada di tiap titik hutan Balangan. Hasil bumi batu bara yang mendapat julukan "Si Amas Hirang" ini pun telah menjadi salah satu pendapatan besar daerah Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Seolah bekerja tanpa henti, berton-ton batu bara dihasilkan setiap harinya. Jika dilihat dari segi ekonomi, tentu hal ini menjadi potensi yang sangat besar untuk pendapatan daerah. Namun jika dilihat dari segi lingkungan, masih adakah potensi yang menguntungkan dari pertambangan batu bara di daerah ini?

Dari hasil analisis saya sebagai masyarakat yang terdampak langsung atau bisa dikatakan tempat tinggal saya dekat dengan daerah tambang, tentu hal ini sangat merugikan. Kenapa? Karena secara disadari atau tidak, udara sekitar yang seharusnya menjadi udara segar khas pedesaan kini beralih menjadi udara kurang sehat karena bercampur dengan debu yang dihasilkan pertambangan batu bara ini.

Udara yang kurang baik tentu akan menimbulkan berbagai gangguan pernapasan pada manusia, bukan hanya pernapasan namun juga sistem organ tubuh lainnya.

Selain masalah udara, ancaman banjir bandang dan tanah longsor pun juga telah menjadi fakta yang tak bisa dipungkiri lagi. Hutan yang dulunya asri dipenuhi pepohonan, sekarang habis terkikis dan menyisakan kolam-kolam besar bekas tambang.

Tidak ada pohon lagi yang menjadi penyerap air hujan dan menjadi penyangga kekuatan tanah. Tidak sedikit dari kolam-kolam bekas tambang tersebut hanya dibiarkan dan kini tengah dijadikan tempat wisata karena warna airnya yang unik.

Namun, jika ditelaah lebih lanjut kolam tersebut sungguh berbahaya bagi masyarakat sekitar. Kolam besar dengan kedalamam yang cukup tinggi dan sebagian besar berisi lumpur, sungguh suatu keindahan yang menyimpan bahaya. 

Bukankah kita sering mendengar dan membaca berbagai kasus tentang meninggalnya seseorang karena tenggelam di kolam bekas tambang? Dari sini kita belajar bahwa sesuatu yang tampak indah diluar tak selalu mendatangkan keberuntungan.

Selain dampak diatas, secara tidak langsung masyarakat juga akan merasakan sulitnya mencari lahan pertanian dan berkebun nantinya. Karena tanah-tanah yang selama ini mereka pergunakan telah habis terjual kepada perusahaan tambang dan telah menjadi korban pertambangan. Sekali lagi, hanya menyisakan kolam-kolam besar yang tak terurus.

Upaya reboisasi dari perusahan tambang tentu telah digaungkan, namun hasil dari realisasi upaya tersebut masih belum dapat dikatakan maksimal. Kembali lagi, biaya untuk upaya ini tentu tidaklah sedikit. Sedangkan perusahaan pasti akan lebih mengutamakan yang namanya profit dibanding membayar lebih untuk pengelolaan ekternalitas negatif ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline