Lihat ke Halaman Asli

Wardah Yusriyah

Mahasiswa Universitas Airlangga

Bahaya Gadget bagi Tumbuh Kembang Anak

Diperbarui: 31 Mei 2022   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sadar atau tidak, di masa pandemi yang sudah berjalan kurang lebih tiga tahun ini telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya penggunaan gadget, terutama pada anak-anak dan remaja. Apalagi dengan adanya sekolah yang dilakukan secara daring, mau tidak mau orang tua harus merelakan anaknya memegang benda tersebut selama berjam-jam. Ditambah setelah sekolah daring, biasanya anak-anak cenderung memainkan gim daring yang kini sangat mudah diunduh dari aplikasi ponsel pintar. Namun, tak hanya anak usia sekolah yang sudah dibekali gadget, bahkan anak usia prasekolah atau masih balita pun sudah diperkenalkan dengan gadget oleh orang tuanya dengan dalih bisa menenangkan anaknya saat sedang rewel atau menangis.

Bisa diakui, penggunaan gadget memang sulit untuk dihindari di era digital ini. Menurut Widiawati (2014), gadget merupakan sebuah benda teknologi kecil atau alat elektronik yang memiliki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Dari sebuah gadget yang kecil itu, kita sudah bisa memperoleh beragam fungsi yang bisa mempermudah hidup kita, seperti berkomunikasi dengan orang yang jauh melalui pesan atau telfon, mengirimkan pekerjaan melalui email, berswafoto atau memfoto objek lain, mencari hiburan melalui sosial media, seperti instagram, youtube, twitter, dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan dari benda tersebut.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Sebanyak 29% anak usia dini di Indonesia menggunakan telepon seluler dalam tiga bulan terakhir. Rinciannya, bayi yang berusia kurang dari satu tahun sebesar 3,5%, anak balita 1-4 tahun sebesar 25,9%, dan anak prasekolah 5-6 tahun sebesar 47,7%. Sedangkan, berdasarkan hasil survei oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa 79% dari responden mengizinkan anaknya menggunakan gadget selain untuk belajar selama kegiatan belajar daring dari rumah, dengan memberikan alasan yaitu 74,1% menjawab sebagai sarana mencari pengetahuan, 71,4% menjawab sebagai sarana informasi, serta 44,9% menjawab dapat menjadi sarana membuat tulisan video dan aktivitas produktif lainnya.

Sementara, sebuah survei oleh Common Sense Media yang dilakukan kepada 350 orang tua di Philadelphia, Amerika Serikat menyatakan bahwa anak-anak mulai usia 4 tahun sudah mempunyai gadget pribadi tanpa pengawasan orang tua. Ada 25% orangtua mengaku meninggalkan anak mereka sendirian menggunakan gadget saat menjelang tidur, 42% mengaku anaknya yang berusia 1 tahun cenderung menggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain aplikasi, 70% orang tua mengaku mengizinkan anaknya yang berusia 6 bulan hingga 4 tahun memainkan gadget ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah, dan 65% orang tua melakukan hal yang sama untuk menenangkan anak saat berada di tempat umum.

Saat ini, tingkat kecanduan anak pada gadget memang sangat memprihatinkan. Keadaan tersebut semakin tidak terkendali dengan munculnya pandemi Covid-19 yang sudah berjalan kurang lebih 3 tahun ini. Anak-anak dari mulai yang berasal dari kota hingga pelosok desa terus diberikan peluang untuk menggunakan gadget setiap hari. Dalam suasana stay at home dan study from home selama pandemi ini, jangka waktu tersebut sangat cukup untuk anak dibodohi oleh smartphone (ponsel pintar) itu. Orang tua yang terbiasa menyuguhi anaknya dengan benda tersebut menjadi semakin lengah akan bahaya yang ditimbulkan pada anaknya.

Penggunaan gadget yang berlebihan dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun mental. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif, tetapi jika dilihat dari realitanya sekarang yang lebih menonjol adalah pengaruh negatif. Anak yang terbiasa dengan gadget cenderung memiliki interaksi sosial yang kurang dengan lingkungannya atau lebih individual, membuat anak cenderung malas bergerak dan jarang melakukan aktivitas motorik. Selain itu, penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat mengakibatkan kerusakan moral dan karakter pada anak, seperti anak akan cenderung lebih emosional dan menjadi pemberontak karena tidak mau diganggu saat asyik dengan dunianya itu. Tidak hanya itu, perkembangan otak dan kesehatan mental anak juga bisa terganggu akibat benda elektronik itu.

Dekadensi Moral dan Sosial

Anak-anak dengan usia pra sekolah atau sudah sekolah sudah semestinya diperkenalkan dengan hal-hal yang baik untuk membentuk moral dan karakternya di usia mendatang. Perlu diketahui bahwa anak dengan usia 1-5 tahun berada di masa golden age, dimana mereka akan mengalami perkembangan kecerdasan, yang meliputi intelektual, emosi, dan spiritual yang sangat luar biasa dan dapat berpengaruh dalam menentukan perkembangan selanjutnya. Selain itu, mereka akan cenderung lebih mudah dalam menyerap informasi.

Bayangkan jika anak sedang berada di usia itu dan hanya dikenalkan dengan gadget yang sangat kuat dampaknya. Tanpa tahu akan apa yang sedang dilihatnya, mereka menyerap segala yang ada di gadget tersebut mentah-mentah, sehingga tertarik untuk mencontoh hal yang dianggap menarik. Jika memang kontennya berisi edukasi masih bisa dibenarkan, tetapi jika sudah menyentuh ranah luar pasti akan sangat bahaya, misalnya melakukan trend-trend di aplikasi TikTok, adegan menembak atau membunuh lawan di game online, iklan pornografi pada game online, atau tayangan lain yang bersifat negatif.

Hal tersebut tentu akan berdampak pada penurunan atau lunturnya nilai moral pada anak, dimana mereka akan cenderung tidak mau menuruti nasehat dari orang tuanya dan mencontoh apa yang sedang viral sekarang. Selain itu, mereka juga akan menjadi lebih pemberontak dan tidak dapat mengendalikan emosi jika diingatkan untuk berhenti memainkan gadgetnya, sehingga rasa hormat dan etika-etika lain yang seharusnya mereka miliki hilang begitu saja.

Penggunaan gadget yang berlebihan juga menyebabkan anak memiliki interaksi sosial yang kurang dengan lingkungannya dan rasa empati terhadap orang lain hilang. Mereka tidak peduli apa yang terjadi di sekitarnya atau terhadap orang lain, sehingga menjadi lebih individualisme dan sulit berkonsentrasi pada dunia nyata. Mereka akan menganggap bahwa gadget adalah segala-galanya dan tidak memerlukan orang lain, bahkan terkadang dengan orang tuanya sendiri saja tidak memiliki kedekatan karena hal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline