Lihat ke Halaman Asli

Budaya Sasak “Mulut, Naekan Dulang Penamat” Menumbuhkan Nilai Kebersamaan yang Kuat

Diperbarui: 9 April 2016   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lombok, merupakan pulau kecil tetangga dari pulau bali yang merupakan pulau yang memilik banyak sekali kebudayaan atau kearifan lokal yang dimiliki, terutama yang menjadi ciri khas dari pulau lombok adalah suku sasak yang dimiliki. 

Suku sasak mendiami pulau lombok hampiri 90%, semua penduduknya merupakan penduduk asli dari suku sasak dan sisanya adalah penduduk pendatang dari luar. Jadi tidak heran budaya sasak dan kearifan lokal yang dimiliki suku sasak masih dipertahankan seperti dalam acara memeriahkan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw atau maulid Nabi tapi dalam suku sasak disebut dengan “Mulut”.

Jika ditranslitkan ke bahasa indonesia artinya bibir, bibir identik dengan berbicara dan makan, makan??? Makan pasti jika mendengar kata makan alhamdulillah perut pasti kenyang.

Kemabali lagi pada acara mulut di suku sasak, acara mulut di suku sasak ini bebrbagai macam cara pelaksanaanya, disetiap daerah berbeda cara pelaksanaanya. Seperti contohnya saja acara mulut di kampung saya, di kampung saya acara mulut diisi dengan acara siraman rohani di barengi dengan hataman Al-Qur’an dan Ngurisan (Memotong rambut anak bayi).

Menurut sumber yang saya wawancarai yaitu salah satu tokoh remaja yang berpengaruh pada desanya yaitu desa panerage melalui via telepon pada hari rabu tanggal 06 april 2016 pukul 08.10 Wita pada pagi hari di rumah pada saat itu, sumber informasi yang saya wawancari adalah bernama Hamzah Yahya, dia mengatakan bahwa :
"Acara maulid diselenggarakan 2x kali yaitu pada acara pertama diselenggarakan pada pagi hari pukul 10.00 Wita, dia mengatakan pada acara pagi tersebut acaranya adalah ceramah dan bacaan doa yang di pimpin oleh kiyai atau tuan guru setelah acara ceramah dan doa barulah dulang penamat atau makanan yang berisi lauk pauk. Dan acara kedua adalah pada siang hari pada pukul 13.00 WITA setelah selesai shalat ashar, pada siang ini acaranya adalah mendengarkan anak-anak yang menghatam Al-Qur'an, ceramah, dan acara Ngurisan anak setelah itu dulang penamat yang kedua atau makanan yang dikeluarkan berupa buah-buahan.

Pada acara mulut ini tahap pertama yang dilakukan adalah memberitahukan kepada warga sekitar kampung melalui surau atau pengeras suara yang berasal dari mesjid agar siapa saja yang ikhlas ingin menaikan dulang penamat ke mesjid. 

Dari cara pemberitahuannya pun masih sangat tradisional, bisa kita petik nilai apa yang terkandung dari proses pertama mulut ini yaitu nilai berbagi, tidak ada pemaksaan siapa saja boleh menaikkan dulang penamat ke mesjid, dan siapa saja yang mampu selain itu tidak ada perbedaan orang yang menaikkan dulang penamat dilihat dari makanan apa yang di bawa.

Setelah dulang penamat di naikkan ke mesjid, barulah sekitar pukul 10.00 pagi, suara pengumuman dari mesjid terdengar lagi, memanggil para lelaki agar naik ke mesjid baik itu dari bapak-bapak, remaja dan anak-anakpun naik untuk memeriahkan acara mulut ini. Pada saat para lelaki sudah naik, barulah acara mulut ini dimulai yaitu dengan acara membaca doa-doa dan mendengarkan ceramah dari tuan guru atau biasa disebut para kiyai setelah acara ceramah dan doa selesai barulah makanan di keluarkan berupa dulang yang berisi makanan yang berasal dari warga. Setiap satu dulang diperuntukkan untuk 3 atau 4 orang. Tidak ada perbedaan anak kecil dengan anak kecil, bapak-bapak dengan bapak-bapak semua berbaur menjadi satu tanpa memandang umur. Dan pada saat makan ini semua saling berbagi makanan secara adil tanpa ada rebutan sama sekali.

Setelah acara pagi selesai dilanjutkan lagi dengan acara pada siang harinya sekitar setelah sholat zuhur, pengumuman dari mesjid mulai terdengar untuk memanggil para lelaki untuk naik lagi ke mesjid. Pada saat siang hari acaranya masih sama dengan pagi yaitu ceramah rohani dan zikir tapi ada yang membedakannya dengan acara pagi yaitu adanya acara ngurisan atau pemotongan rambut atau biasa disebut aqiqah, kalian pasti tahu itu.

Uniknya pada saat acara siang ini masyarakat yang memiliki anak masih kecil yang ingin di kuris ini, setelah dipotong rambutnya akan menbarkan uang receh setelah keluar dari mesjid saya kira wujud syukur mereka anaknya telah dikuris dan memberikan juga rasa syukur mereka kepada anak-anak yang lain yang menunggu diluar mesjid untuk mengambil uang receh yang sudah ada dalam mangkoq yang berisi air dan bunga.

Setelah acara ngurisan berakhir barulah ditutup dengan doa, setelah doa baru dulang penamat pun keluat tapi dulang penamat pada pagi hari dan siang hari berbeda. Dimana dulang penamat pada pagi harinya adalah nasi sedangkan pada siang harinya ada buah, pada saat proses pembagian dulang penamat siang hari ini banyak sekali kebersamaan yang terekam yaitu kebersamaan dalam memabagi rata buah, kebersamaan rasa syukur diberikan makanan oleh Allah Swt, kebersamaan bercengkrama dengan yang lain dan masih banyak lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline