Untuk mengenal rekam jejak seseorang apalagi sebagai pemimpin atau calon pemimpin maka beri kesempatan orang tersebut menjadi calon pemimpin seperti yang terjadi di pencalonan Gubernur DKI Jakarta.
Dari penetapan calon oleh KPU hingga berakhirnya pencoblosan cukup untuk mengenal siapa sesungguhnya calon pemimpin tersebut.
Pun terjadi di Pilkada DKI Jakarta, seperti contoh sosok Anies Baswedan yang dianggap publik santun, berwibawa dan berwawasan luas terutama didunia pendidikan sehingga dilirik presiden kemudian diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Apa dilacut, tidak sampai dua tahun menjabat harus diberhentikan Presiden, tentu banyak factor yang mengakibatkan Anies diberhentikan secara tidak sehat.
Dilain sisi, banyak pihak yang menyayangkan pemecatan Anies karena dianggap berhasil, namun itu semua dinilai dari luar, tetapi dari sisi dalam belum banyak yang tahu.
Sejak pencalonannya sebagai Cagub DKI Jakarta perlahan mulai terkuak siapa sosok Anies yang sebenarnya, ditambah pernyataannya yang selalu bertolak belakang seperti :
“Masyarakat melihat lebih kritis. Mereka tidak memili calon yang bungkusnya tak terlihat isinya. Makanya kami selalu sempatkan hadir dalam setiap debat karena kami ingin menunjukkan pada semua ini otentik kami apa adanya,"tegas Anies Bawesdan. (Sumber)
Sindirannya yang sangat mengena dirinya sendiri beberapa waktu lalu tidak ikut hadir pada acara debat Di Rosi mempengaruhi turunnya elektabilitas cukup signifikan bersama Sandiaga Uno.
Ditambah sepak terjangnya sebagai Rektor Universitas Paramadina yang belum banyak diketahui publik kembali bertanya-tanya, ada apa dengan sosok Anies yang sesungguhnya.
Dalam Video menit 12:09, Kang Sobary sebagai seorang budayawan memaparkan bagaimana sepak terjang Anies di Universitas Paramadina
“Paramadina itu anjlok, itu hancur…dia itu merebut jabatannya Yudi Latief supaya anda tahu, Yudi Latief telah dipilih oleh suatu mekanisme pemilihan, yang sah, o..setahu saya sekali lulus dan menang tetapi oleh yang namanya yayasan, kemenangan itu dianulir dan kemudian mengundang orang ini, yang disebut oleh orang ini adalah pamannya, dia sebut itu pamannya, tetapi rupanya yang disebut pamannya tu bukan pamannya tapi namanya itu kira-kira Sudirman Said….” (Sumber)