Tidak belajar dari pengalaman orang-orang terdahulu yang “Takabur” dengan janji yang tidak ditepati seperti contoh Amin Rais berjanji Jalan kaki Yogya-Jakarta jika Jokowi menang Pilpres 2014 hingga sampai hari ini belum dipenuhinya.
Apa yang terjadi dengan kondisinya sekarang sudah injak umur 70 tahun keatas harus bersusah payah ikut demonstrasi dan terlihat kelelahan, kewalahan yang terus memaksakan diri dengan rasa yang tidak pernah puas seperti foto dibawah :
Apalagi yang mau dicara dengan demo jika umur sudah lebih dari 70 tahun yang semestinya menghabiskan waktu untuk keluarga dan meningkatkan pahala.
Masih banyak contoh lain yang tidak memenuhi janjinya, tentu akibatnya akan ditunjukkan pada akhirnya dengan kejadian yang tidak disangka-sangka.
Begitu pun dengan diri seorang H.Lulung yang nekat berjanji akan memotong kedua kuping dan hidungnya jika Ahok-Djarot memenangi pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dan tidak segan mencap bodoh orang-orang yang mendukung tersangka (Ahok).(sumber)
Pasca pernyataan Lulung maka yang terjadi adalah hidupnya semakin was-was, cemas, mengurangi nafsu makan, beraktivitas sehari-hari menjadi tidak focus. Semua itu akan menghantui pikiran Lulung selama sekitar 3 bulan hingga hari pencoblosan tanggal 15 Feberuari 2017.
Selama 3 bulan, Hari-hari Lulung akan dibayangi dan dihantui dengan janji kuping dan hidung dipotong sendiri, tentu akan menguras kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga ada kekhawatiran kondisinya akan terpuruk dan terjadi hal-hal yang diluar nalar sebelum hari pencoblosan.
Apalagi pasca Ahok tersangka, bukannya dukungan menyurut justru gelombang dukungan terhadap Ahok-Djarot mengalir kencang seperti air terjun deras mengalir, terlihat dirumah Lembang terus didatangi berbagai elemen masyarakat (sumber satu, dua)
Tentu ini akan menambah kecemasan Lulung yang bisa berakibat fatal seperti stress, depresi hingga hilang ingatan. Tanda-tanda tersebut sudah ditunjukkannya dengan mengatakan Ahok masih happy pasca ditersangkakan. (sumber)
Apakah Ahok harus sedih, prihatin, mewek, baper atau merasa dikriminalisasi seperti tersangka-tersangka lain ?