Pertemuan demi pertemuan yang dilakukan “Orang Kita“ sangat intens sehingga mampu menghadirkan dan menyatukan beberapa tokoh dari berbagai latar belakang seperti aktivis perempuan, advokat, politisi, seniman, tokoh agama. Jika digabung maka akan terbentuk kekuatan besar untuk mengalahkan Ahok di Pilgub DKI Jakarta.
Ahok harus waspada dengan strategi politik dan kekuatan-kekuatan “Orang Kita“karena semua lini mereka miliki, tentu ini kesempatan yang sangat besar bagi “Orang Kita“ untuk meraih kemenangan. Tinggal menunggu siapa yang akan mereka dukung, yang pasti kemenangan sudah dipelupuk mata, gambarannya kaki kiri sudah ada di kantor Gubernur DKI, tinggal kaki kanan menunggu hari H-nya setelah pencoblosan.
Apa yang menginspirasi lahirnya “Orang Kita“ ? bermula dari seorang Ahmad Dhani (sang Dewa), salah satu pentolan pendiri “Orang Kita“ yang merasa tidak punya modal untuk nyalon dan ditambah tidak ada partai yang mau mengusung (mungkin partai-partai merasa jijik kali ?). akhirnya lahir “Orang Kita“ atas kreatifitas seorang Dewa. Harus diakui sang Dewa seorang seniman memiliki jiwa kreatifnya yang luar biasa, walaupun tidak memiliki kendaraan partai politik seperti yang termuat ("Orang Kita" dan Kumpulan Bakal Cagub DKI yang Minim Peluang) Sumber: kompas.com.
Namun dengan berkumpulnya para tokoh tersebut, mereka bisa mengusung calon sendiri lewat perseorangan. Kalau hanya mencapai 1 juta dukungan sepertinya bisa dilakukan secara gotong royong. Jika para tokoh berjumlah 50 orang maka setiap tokoh bisa mengumpulkan 200.000 dukungan, tentunya tidak sulit apalagi tokoh yang di “Orang Kita“ tokoh-tokoh populer.
Munculnya “Orang Kita“ secara kebetulan sebagai wadah berkumpulnya segudang tokoh yang berprestasi. kenapa bisa cocok, pas, kompak sekali di “Orang Kita“ berkumpul para tokoh berprestasi ? sekali lagi, ini yang harus kita akui bagaimana hebatnya, jelinya, telitinya dari seorang Dewa.
Sang Dewa, Orang yang minim soal politik tetapi mampu mengumpulkan para politikus-politikus dan intelek dalam wadah “Orang Kita“, membuktikan bahwa orang-orang yang hadir disitu tidak lebih pintar dari pada sang Dewa. Artinya politik mereka lebih mini (dibawah minim) daripada sang Dewa yang minim politik.
Melihat foto di atas menggambarkan bagaimana seekor burung ribed dimanapun dia berada selalu ditolak. Di stadion GBK disemprot angin cap b*kong oleh Ronaldo, di Ragunan diusilin Orang Utan, di Hutan kepulauan seribu difogging oleh Rambo, jadi keberadaannya ditolak oleh DKI Jakarta akibat perbuatannya. Jalan satu-satunya kabur ke luar negeri bersama-sama dengan “Orang Kita”. Lebih jelasnya dapat dilihat di “Hater Ahok Terkecoh Pemberitaan Tempo.com”.
Di “Orang Kita“ sangat terbuka sekali, siapapun boleh bergabung yang penting visi dan misinya cocok pasti akan diterima dengan senang hati. Semakin hari di “Orang Kita“ semakin bertambah tokoh yang ingin bergabung, dan dapat kita lihat salah satu tokoh yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut dibawah. Salah satu artis Kompasiana yang secara tidak langsung telah mewakili dan membawa nama harum kompasianer termasuk saya.
Selamat sukses ! Congratulation..!
Kita lihat foto diatas para tokoh-tokohnya. Ini menunjukkan keserasian dan keselarasan, klop, top markotop, kolaborasi dari berbagai prestasi para tokoh yang satu menyatu menjadi satu itulah bakat prestasi yang dimiliki sebagai tukang “B*cot”.
Contoh, pernyataan para tokoh :
- Katanya mau loncat dari monas, nanti dibuktikan pada verifikasi di KPU.
- Ahok dibilang beli Tentara/Polisi dan semacamnya.
- Berulang kali katanya tidak mau ngomongin Ahok, tetapi tetap saja mulutnya gatal ngomongin Ahok.
- Ada yang janji tidak mau nulis Ahok, tetap saja nulis tentang Ahok.