Lihat ke Halaman Asli

Biarlah Aku Menjemput Kematian

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Letusan gunung meluluhlantakan keangkuhan
Air melipat semesta dengan sekejap gulungan
Bumi retak berkeping-keping karena goncangan
Gemuruh menyambar dengan kilatan

Alam begitu muak dengan berbagai tuduhan
Penduduk bumi mencibir alam yang dilanda kemarahan
Manusia merasa dirinyalah yang memiliki hak preoregatif dari Tuhan
Apakah kita lupa bahwa alam adalah bagian dari diri yang tak terpisahkan?

Manusia tak sadar telah melakukan pemerkosaan yang menyakitkan
Pada akhirnya, alam memuntahkan pilu dengan segenap perasaan
Manusia berkoar-koar dengan janji manis menyuarakan penyatuan
Namun, kampanye menjalin persahabatan itu hanya kebohongan

Aku di sini hanya mengutuk kegelapan
Tanpa menyalakan lilin sebagai penerangan
Jika memang alam muak dengan diriku yang berbalut kemunafikan
Biarlah aku menyatu dengan kesucian alam untuk menjemput kematian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline