Harga beras belum lagi stabil, ongkos listrik tiap bulan bakalan tidak bisa diprediksi naik atau turun, BBM tidak usah ditanya naik dan turun seperti hantu ,,misterius,,,,,,luar biasa memang. Rakyat terhimpit, belum lagi rencana pemerintah yang akan mengkhususkan tabung gas elpiji 3 kilo khusus untuk orang miskin. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah, siapa yang tidak miskin sekarang ini? Harusnya pemerintah, menetapkan standar miskin rakyat Indonesia dengan kurs dolar 13 ribu lebih itu. Nah sekiranya standar miskin sudah tercapai, barulah cap mencap tabung gas boleh dilaksanakan, supaya tidak ada kesalah pahaman nantinya di pangkalan gas elpiji, jangan sampai ada orang miskin yang tidak bisa membeli gas 3 kilo gram hanya karena ada orang -orang yang beranggapan bahwa dia tidak miskin. Di zaman yang serba tidak jelas ini, semua defenisi harus di lihat ulang.
Ada lagi yang lebih mengenaskan entah peryataan pengambil kebijakan mana yang sesumbar bahwa melemahnya rupiah akan menguntungkan eksportir,,ha,ha, memang rakyat Indonesia banyak yang menjadi eksportir? yang ada malahan naiknya harga -harga kebutuhan yang langsung berkaitan dengan kenaikan dolar semisal barang elektronik, bahan bangunan dll.
Rakyat yang tidak paham kenapa dolar melambung tinggi dan rupiah melorot tajam , dilarang panik. Lah, kok bisa? mungkin orang Indonesia memang tidak perlu panik, hanya karena nilai dolar yang naik tinggi persis pendaki gunung yang lupa turun, rakyat , tengah berjibaku mencari beras murah. Beras yang layak dimakan sangat mahal untuk ukuran orang biasa. Pemerintah sepertinya gagal menurunkan harga beras. Pemerintah sibuk mengurusi perpecahan partai dan sibuk mengintervensi parpol. Rakyat bisa melihat dan merasakan apa yang tengah terjadi. Segala macam teori ekonomi sudah tidak perlu lagi,,,,rakyat cuma menunggu satu hal.....turunkan harga beras.
Orang pun mulai merindukan Zaman SBY,,,zaman dimana harga -harga stabil tanpa harus berlama -lama di tengah ketidak pastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H