Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Biar Imajinasi Anak "ON", Berikan Crayon

Diperbarui: 18 Desember 2024   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Crayon salah satu media untuk menyalakan imajinasi anak | dokumentasi pribadi 

Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. --Albert Einstein

Percayakah kamu, dengan imajinasi kita bisa menaklukkan dunia? Manusia berimajinasi bisa terbang seperti burung, maka mereka merancang pesawat terbang. Wright bersaudara mewujudkannya. Bahkan, manusia mengkhayal untuk terbang melampaui langit. Pada 21 Juli 1969, Neil Armstrong menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. 

Demikian dahsyat kekuatan imajinasi. Masih kurang bukti? Masih ingat mainan kita di waktu kecil, telepon-teleponan? Dua kaleng bekas susu kental manis dihubungkan dengan benang hanya 2 meter, lalu berbicara layaknya jarak jauh via telepon. Bicara langsung kan lebih gampang!

Kini, komunikasi jarak jauh bahkan bisa dilakukan tanpa kabel (wireless). Untuk menjangkau ujung dunia seperti di Antartika misalnya, kita tinggal scroll di HP untuk membuka Maps atau Google Earth. Manusia bisa mengontrol truk-truk pengangkut kontainer menggunakan kontrol jarak jauh. 

Neuralink-nya Elon Musk bahkan memungkinkan kita berkomunikasi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semacam telepati, namun harus dengan menanam chip di dalam otak.

Oleh sebab itu, aku dan istri sepakat untuk menyalakan imajinasi anak dengan memberikannya beragam stimulus. Mulai dari gambar, lagu-lagu, video, berinteraksi dengan banyak orang, hingga mengenalkan lingkungan sekitar termasuk saat di perjalanan.

Terkini, anakku sudah bisa menyanyi beberapa lagu anak--bahkan "mengaransemennya", menyebutkan bermacam-macam nama hewan berikut suaranya, alat berat berikut fungsi dan bentuknya, juga isi buku cerita beserta alurnya. Keren ya!

Namun, nampaknya kami melewatkan satu step. Saat acara senam bersama, istriku bertugas dalam sesi parenting dan menyadari sesuatu. Kami belum pernah mengajarkan anak menggambar garis dan bangun datar. Kami malah langsung lompat dengan mengajarinya mewarnai dengan cat air (bekasku dulu). Mungkin tidak sepenuhnya salah, karena anak kami bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya.

Maka, kami ingin melengkapi tahapan yang terlewat itu. Sepulang kerja, aku mampir ke toko alat tulis membeli lem, correction pen, dan crayon. 

Menstimulus dengan crayon

Kenapa crayon? Meski sudah ada pensil warna di rumah (bekas omnya), aku tetap memilih crayon. Sebab, crayon memiliki tekstur yang padat namun lembut, tidak harus diraut, dan nyaman dipegang. Meski mudah patah, crayon sangat fleksibel, sampai ujung-ujung patahannya bisa dipakai untuk menggambar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline