Mengasuh anak adalah satu hal yang susah susah gampang susah. Betulan susah.
Bukan cuma karena tak ada sekolah menjadi orang tua, adanya gap antar-zaman, melainkan karena gap generasi, yakni kita sebagai orang tua dengan kakek-nenek dari anak-anak kita.
Kakek-nenek (Mbah) adalah pihak yang paling mengasihi cucu. Sisa hidupnya pun rela diberikan demi kebahagiaan cucu. Mbah tidak tega kalau melihat cucunya menangis, maka semua yang diminta akan dipenuhi, tak peduli berlawanan dengan nilai orang tua si anak.
Orang tua yang punya prinsip benar dan dewasa, akan lebih tega (dalam arti positif) pada anak. Bukan karena tidak sayang. Justru karena sayang, mendidik untuk kebaikan anak, sehingga tidak memenuhi semua keinginan anak.
Dalam hari-harinya mengurus anak dan rumah tangga, istriku sering dikejutkan dengan tingkah anak. Selain keterampilan baru yang bisa dipresentasikan, anak bisa mengulang semua yang ia lihat dan dengar. Ia juga bisa mengaransemen informasi di kepalanya menjadi suatu karya orisinil.
Intinya, banyak tingkah polahnya menandakan otaknya yang terus berkembang. Berikut ini akibat jika tega pada anak.
1) Bisa mandiri
Mandiri bisa diartikan sanggup mengelola kehidupan sendiri. Sudah bekerja, punya nafkah untuk menghidupi keluarga, mengusahakan kesejahteraan keluarga.
Bagi anak, definisi mandiri cukup sederhana. Menaruh sendal di dekat tembok, bukan di depan pintu. Mengembalikan mainan yang selesai dipakai. Menaruh gelas ke wastafel. Mencopot sendiri helm; adalah beberapa contoh. Sebab kami mengajari sejak dini. Di awal sulit, anak tidak mengerti perintah kami. Namun dia melihat kami, lalu diikuti.
2) Memiliki imajinasi luas