Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Aku Ingin Pemilihan Ulang!

Diperbarui: 5 September 2024   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan film Laskar Pelangi | foto: www.imdb.com

Ketidakadilan adalah pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Oleh sebab itu, keadilan harus ditegakkan di seluruh dunia, tak soal sepinggir apa pun suatu kelompok manusia hidup. Tak ketinggalan di negara demokrasi ini.

Saat Pemilu, tahapan yang paling mengkhawatirkan dan melelahkan adalah saat penghitungan suara. Ada saksi yang mengawasi. Jika ada indikasi kecurangan atau kelalaian dari panitia pemungutan suara, maka saksi bisa menuntut dilakukan penghitungan ulang. Apa jadinya kalau mereka menuntut dilakukan pemilihan ulang? Repot.

***

Kucai telah bertahun-tahun menjadi ketua kelas kami. Namun bagi kami ketua kelas adalah jabatan yang paling tidak menyenangkan. Jabatan itu sangat menyebalkan, karena harus mengingatkan anggota kelas agar tidak berisik padahal diri sendiri pun tak bisa diam. Itu sebabnya, tak ada dari kami yang ingin menjadi ketua kelas, apalagi kelas kami ini sudah terkenal susah dikendalikan. "...anak-anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Terutama Borek, kalau tak ada guru tingkahnya seperti pasien rumah sakit jiwa yang buas."

Berulang kali Kucai menolak jabatan seumur hidup itu. Namun, setiap kali Bu Mus mengingatkan betapa mulianya menjadi seorang pemimpin, ia pun luluh dan dengan hati yang seperti jutaan ton timah, ia bersedia menjabat lagi.

Kucai memiliki network yang luas seperti juntaian kabel optik menjulur di samudra, menghubungkan segala hajat orang di seluruh dunia lintas benua. Kecuali di tanah Belitong yang miskin penduduknya ini. Ia pintar bersilat lidah. Perkara peneng sepeda dengan aparat desa, informasi tempat menjual beras jatah PN (Perusahaan Negara) Timah, atau cara mendapat karcis malam separuh harga, Kucai pawangnya.

"...Aku sudah tidak tahan, Ibunda, aku menuntut pemungutan suara yang demokratis untuk memilih ketua kelas baru. Aku juga tak sanggup mempertanggungjawabkan kepemimpinanku di padang Masyar nanti, anak-anak kumal yang tak bisa diatur ini hanya akan memberatkan hisabku!"

Itu yang aku maksud di awal artikel ini. Di pelosok negeri seperti Belitong ini pun, prinsip demokrasi tetap berusaha dijunjung tinggi. Di situlah keadilan hendak ditegakkan.

Novel Laskar Pelangi | foto: blogger.googleusercontent.com

Kucai tampil emosional. Tangannya menunjuk-nunjuk ke atas seperti Bung Tomo hendak membakar semangat rakyat Surabaya. Ia menumpahkan semua unek-unek yang dipendamnya bertahun-tahun lamanya. Kami semua menahan tawa melihat pemandangan itu demi menghormati keberanian Kucai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline