Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Burnout Tanda Knock Out (?)

Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi burnout | gambar: anthillonline.com

#1 "Gila! Gue sudah kerja mati-matian, berkorban bertahun-tahun, tapi apa yang gue dapet? Bukannya kenaikan gaji, malah komentar menyakitkan! Gue muak!" 

#2 Seorang pemuda merasa hidupnya direnggut. Ia dibebastugaskan, batal menikah karena di-ghosting calon istri, menanggung hutang orang tua, diteror penagih hutang. Dicibir oleh teman-teman dan ditinggalkan kerabat. Satu-satunya harapan adalah mengakhiri hidup.

Burnout, itu yang dialami para orang seperti di atas. Burnout, kondisi sangat kelelahan secara fisik dan psikis, sehingga menurunkan produktivitas. Lebih parah, kehilangan akal sehat dan menyerah pada hidup. Terjemahan dari burnout adalah pemadaman. Pikiran, perasaan dan kepala yang panas memang harus didinginkan. Jika tidak bisa meledak.

Burnout tanda knock out (?)

***

Kelelahan bisa dibagi menjadi dua, yakni kelelahan fisik dan emosional. Secara fisik jika badan kita bekerja lebih dari delapan jam sehari, fisiknya kelelahan. Badan pegal-pegal, kepala sakit, dan tidak fokus bekerja. Kelelahan emosional lebih parah dampaknya. Karena psikologi dan pikirannya terganggu, koodinasi tubuh jadi kacau.

Awal 2024, aku berkesempatan menjadi anggota KPPS. Kukira jam kerjanya normal seperti orang kantoran, 8 jam sehari. Setidaknya, pagi sampai sore lah.

Detail pekerjaan menuntut tubuh bekerja hampir 24 jam! Hanya jeda makan, dan duduk sebentar. Hingga berganti hari, harus mengawal kotak suara sampai ke kantor kecamatan. Sampai di rumah, yang diinginkan hanya satu: tidur.

Kelelahan emosional juga pernah. Aku memberi les privat pada anak yang agak unik. Anak lelaki kelas 4 SD, anak dari pemilik perusahaan besar, sekolahnya berlevel internasional, dan anak tunggal.

Aku mengajarinya Matematika, harus dalam Bahasa Inggris. Aku juga bisa sedikit, meski dulu saat SD pernah dicaci anak tetangga karena tak paham pembagian bersusun. Anak ini tidak fokus, sering memainkan benda-benda, tidak mau menulis dengan rapi, punya metode sendiri untuk mengerjakan soal, jawabannya salah. Diberi tahu malah ngeyel. Capek!

Kelelahan bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti banyak pekerjaan, ada masalah dengan orang lain, kinerja diragukan atasan, atau tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. Akhirnya, berpindah-pindah tempat kerja. Padahal bekerja di mana pun selalu ada masalah dan tantangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline