Anak mungkin gagal mendengar orang tua. Tapi anak tak pernah gagal mengikuti tindakan kita.
Demikian kutipan istriku di salah satu story WA. Singkat, tapi menusuk.
***
Sabtu pagi, sepulang dari sarapan bubur, istriku memasak. Sedang aku bersiap untuk mandi. Anak kami...? Ia kedapatan minum susu bermerek beruang bergambar naga sambil membolak-balik buku.
Ini bukan pemandangan baru di rumah kami. Dari buku cerita Alkitab anak, buku dino, dongeng anak anjing, cerita semut, gajah sampai--yang terakhir ensiklopedia organ tubuh; anak kami sudah "khatam".
Emang anak batita sudah bisa membaca? Jelas, belum. Tapi, kesukaannya membuka buku berisi gambar-gambar, dan permintaannya untuk dibacakan olehku atau istri menunjukkan ia memiliki minat baca sejak dini.
Tidak muncul otomatis
Ada anak yang dilahirkan secara cerdas dari sononya. Berbahagialah orang tuanya. Bagaimana dengan anak yang biasa saja, apakah orang tuanya lantas tidak bahagia?
Jika semua anak sudah cerdas, sudah beres otomatis, maka Tuhan tidak perlu repot-repot melibatkan kita sebagai orang tua. Anak harus dilatih, dididik, dan diajari. Itulah tugas kita sebagai orang tua.
Alih-alih otomatis, kesukaan anak kami melihat buku bergambar adalah hasil olah otaknya dalam melihat, mendengar, dan meniru dari lingkungan, termasuk dari kami orang tuanya.