Punya anak adalah anugerah. Sebab, Allah yang menciptakan manusia, membentuk lembaga pernikahan, juga yang berkuasa memberi keturunan. Ada pasangan yang belum dikaruniai keturunan. Atau, harus menunggu bertahun-tahun baru punya anak.
Namun, seiring bertambahnya usia anak makin banyak geraknya. Kalau mau bepergian juga repot. Banyak barang bawaan, apalagi kalau jarak jauh. Belum kalau musim hujan, makin repot.
Aku sering mengajak anak dan istri ke tempat Mbah. Kalau tidak menitipkan anak sepulang Sekolah Minggu, biasanya ada pekerjaan, atau sekedar berkunjung dan numpang makan, hehe.
Seringkali kalau datang kesorean, atau pekerjaan tak kunjung selesai, kami harus pulang malam menembus hutan karet yang gelap nan dingin. Kalau sudah begini, anak kami yang kasihan. Biasanya esoknya dia akan meler (pilek). Apalagi kalau hujan.
Meski begitu, ya tetap harus pulang. Esoknya aku harus kerja. Anak dibonceng di belakang. Bahkan, pernah motor kami bocor bannya. Maka, aku bonceng anakku di belakang, istriku membawa motor yang ban kempes. Lalu pernah istriku kerja di kampung sampai malam, dan hujan. Setelah reda, aku menjemput. Kasihan jalan malam-malam. Anak diikat di belakang, dan dia tidak rewel.
Makanya, setelah punya anak, akan lebih mudah jika... punya mobil. Bisa memuat banyak barang, tidak kehujanan/kepanasan, kalau malam tidak kedinginan.
Benarkah begitu?
Mari bangun dari mimpi. Singsingkan lengan, dan kembali bekerja.
Aku dan istri pernah mewacanakan untuk beli mobil. Kalau bisa, mengutang dari mana gitu... Tujuannya mulia, supaya bisa membawa keluarga bepergian, tidak kehujanan, dan--istriku punya usaha kecil-kecilan--bisa membawa barang dagangan. Tapi, Tuhan belum mengizinkan. Tak apa, tak usah menjeratkan diri pada hutang.
Ibuku pernah bilang,