Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Gunung Telomoyo, Surga Tersembunyi di Jawa Tengah

Diperbarui: 24 Maret 2024   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spot berfoto di Telomoyo dengan latar Gunung Merbabu | Dokumentasi Pribadi

Awal pekan ini menjadi berkah bagi para murid dan pekerja. Ada tambahan libur dua hari yakni Hari Nyepi (11/3) dan libur awal puasa (14/3). Libur weekend ditambah libur dua hari, nikmat mana yang kau dustakan...

Tapi, nikmat bagaimana kalau pas libur, pas tidak punya uang. Tanggal tua, euy!

Meski begitu, aku dan istri tak patah arang. Kami ingin memanfaatkan waktu libur untuk sesuatu yang berkualitas, salah satunya quality time dengan pasangan. Ini adalah prinsip yang kami pegang sejak pacaran. Meski sudah menikah, punya anak, dan beragam kesibukan, harus tetap mengusahakan quality time.

Ke mana ya, destinasi yang terjangkau tapi tetap menakjubkan bernuansa alam? Gunung Andong, Curug Lawe, Merbabu View, sudah pernah. Aha, Gunung Telomoyo!

Gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini memiliki ketinggian 1.996 mdpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato (kerucut) tetapi belum pernah tercatat meletus. 

Gunung Telomoyo dapat terlihat dari daerah lain di sekitarnya, seperti Kota Salatiga, Kecamatan Ambarawa (Kabupaten Semarang) dan Kecamatan Secang (Kabupaten Magelang).

Ada dua jalur ke Gunung Telomoyo, yakni via Dalangan, Kecamatan Ngablak (lama) dan Pagergedong, Kecamatan Banyubiru (baru). Kami memilih jalur baru. Selain minim lalu lintas kendaraan karena menembus pedesaan berbukit, kami ingin mencoba rute baru. 

Sejak perjalanan di daerah Banyubiru, kami sudah digoda dengan pemandangan perbukitan nan membiru di sana, Telomoyo salah satunya. Di dekat eks rel kereta, istriku mengabadikan melalui foto.

Selepas dari Jalan Banyubiru Raya, kami lurus ke Jalan Wijaya Kusuma. Berkelok-kelok, dan menanjak. Makin naik, jalannya makin sempit. Di beberapa titik jalannya rusak dan pernah longsor, sehingga untuk beberapa waktu jalur Pagergedong ditutup.

Medan menanjak dan super curam, membuat motor matic 110 cc yang kami tumpangi kepayahan. "Turun dulu aja aku, Pah?" kata istri. Hahaha... Tidak begitu jugalah. Justru inilah seninya naik gunung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline