Semua manusia, pada dasarnya, suka piknik. Tak ketinggalan para guru. Hanya manusia antik yang tidak suka.
Piknik diperlukan untuk mengambil jeda dari pekerjaan yang melelahkan. Pekerjaan apa pun pasti ada enak tidak enaknya. Jadi guru, selain pilihan bagi beberapa orang, juga menjadi panggilan.
Betapa tidak, yang ditangani adalah anak-anak--generasi calon penerus bangsa. Penanganannya harus ekstra, ini jiwa bukan benda. Meski bekerja keras dengan seluruh daya, gaji guru tidak besar.
Salah satu yang menghibur bagi guru adalah saat mendampingi murid-murid piknik. Kalau anak SMP biasanya studi wisata ke Bali. Anak SD, masih sekitaran Jawa. Lumayan lah, bisa ikut piknik. Tapi tetap ada tanggungan murid yang harus dijaga. Jangan sampai nanti sakit atau terjatuh.
Pernah dalam suatu field trip, ada murid yang jatuh karena berlarian. Kedua lututnya, tak cuma tergores--berdarah-darah. Akibatnya ia harus dipapah kalau berjalan. Padahal harus mengitari lokasi yang berhektar-hektar luasnya.
Itulah sebab, beberapa temanku punya angan, ingin piknik khusus guru dan staf, tanpa murid. Hari-hari mengajar dan menjaga murid sudah setiap hari di sekolah, saat piknik juga. Kali ini khusus untuk guru dan staf. Agenda ini sudah dirapatkan sejak beberapa bulan sebelum akhir tahun, rencana eksekusi bulan Desember. Supaya tidak terlalu membebani biaya, kami menyisihkan uang makan (yang diterima tiap minggu) untuk ditabung.
Karena satu lain hal, rencana ini hampir batal. Di awal tahun, sebelum masuk kerja akhirnya bisa berangkat piknik.
Jogger, begitu nama program kami. Jogja together. Keren! Program piknik bersama para guru dan staf.
Perjalanan kali ini terasa istimewa. Teringat kutipan lagunya Ndarboy,
Kowe ojo sumelang
Tresnoku ra bakal ilang
Ibarat koyo kuthoku jogja
Kowe cen istimewa
Kecintaan kami akan piknik memang ra bakal ilang. Mau weekend atau weekdays, akhir atau awal tahun; kami doyan piknik. Lagi pula waktu bersama teman-teman, apalagi dengan keluarga, bak kutho Jogja, istimewa!