Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Anak Dua Tahun Tidur Sendiri, Gak Bahaya Tah?

Diperbarui: 3 November 2023   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak tidur sendiri | foto: evgenyatamanenko via nova.grid.id

Anak sudah kelas 6 SD tapi tidak bisa menjaga barang pribadi, sering datang terlambat karena bangun kesiangan, mudah tersinggung dan suka protes jika menghadapi masalah. Bahkan sering menangis dan tidak disiplin.

Anda pernah menemui anak demikian?

***

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya Orang Jawa, rasa sayang kepada anak seringkali ditunjukkan secara berlebihan. Apalagi kalau anak pertama. Didukung oleh Mbah yang punya cucu pertama. Istilahnya, sisa hidupnya bakal diberikan demi anak/ cucunya senang.

Bagi kalangan menengah ke atas, biasanya punya asisten rumah tangga. Segala urusan di rumah, termasuk keperluan anaknya, diurus oleh asisten. Hal ini baik adanya, toh mereka mampu membayar gaji asisten. Masalahnya, jika semua dikerjakan asisten, sedang anak tidak pernah diberi kesempatan untuk mencoba dan melakukan sendiri, kapan ia akan mandiri?

Bisa jadi, anak akan tumbuh menjadi seperti yang aku ceritakan di depan. Ada kisah seorang pria yang sudah menikah dan punya anak. Ia dan istrinya sudah punya gaji tetap. Tapi tiap bulan masih minta uang pada ayahnya yang sudah pensiun. Payah.

Anak tidak akan seterusnya tinggal di dalam rumah. Bahkan, ia tidak akan terus bersama orang tua, karena suatu saat orang tua akan meninggal. Kehidupan di dunia takkan seindah dan semudah di dalam rumah.

Aku dan istri berkomitmen untuk melatih anak kami (2 tahun) mandiri sejak dini. Kami mulai dari kebiasaan saat makan. Harus menghabiskan makanan, dan tidak boleh menyia-nyiakannya. Syukurnya, anak kami gampang makan. Apalagi kalau menunya cocok (masakan istriku).

Sesekali jika tidak suka ia akan memuntahkannya, dengan cara yang sopan. Alih-alih dihamburkan, ia menaruh makanan di tangannya (yang ini kami tak pernah ajari), lalu ditaruh di piring. Kami mengajarinya supaya tetap sopan, termasuk saat makan.

Setiap dari luar rumah, kami mengajarinya untuk melepas sendal dan menaruhnya di dekat pintu. Ia bisa mencopot sendiri dan menatanya rapi bersisian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline