Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Pemimpin Terbaik juga Punya Hati Tak Baik

Diperbarui: 28 Oktober 2023   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi | foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Disclaimer: Israel yang ditulis di sini adalah Israel di masa Perjanjian Lama, bukan di masa kini.

Kisah 1

Saul adalah raja pertama bangsa Israel. Tuhan memberikan raja bagi bangsa itu, karena mereka yang menginginkannya. Meski sudah ada nabi di antara mereka.

Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas umatNya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan..."

Saul ini seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya. Suatu sosok ideal, pemimpin terbaik untuk memimpin sebuah bangsa yang besar.

Di zaman Perjanjian Lama, ada dua peran yang sangat penting sebagai perantara antara umat dengan Tuhan, yakni imam dan nabi. Nabi biasanya menyampaikan pesan Tuhan kepada umat, maupun mewakili umat dalam mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Seorang raja sekalipun tidak punya wewenang untuk mempersembahkan korban.

Suatu hari, dalam peperangan melawan bangsa Filistin, Saul memimpin bangsa Israel. Rupanya jumlah pasukan musuh jauh lebih banyak, seperti pasir di laut banyaknya. Akibatnya para tentara Israel ketakutan, sehingga banyak dari mereka bersembunyi di gua, bukit batu, liang batu dan perigi, bahkan ada yang menyeberangi Sungai Yordan.

Sisa dari tentara itu mengikuti Saul dengan gemetar. Dalam kondisi itu, ia perlu meminta petunjuk dari Tuhan. Sedangkan Samuel, sang nabi, tidak ada bersama mereka. Samuel sedang ada keperluan di tempat lain. Katanya, ia akan kembali dalam tujuh hari.

Namun, Samuel tak kunjung datang. Para prajurit pun berserak-serak meninggalkan Saul. Dalam kepanikannya, Saul bertindak menurut pikirannya sendiri.

Saul meminta para prajuritnya agar membawa korban bakaran dan korban keselamatan kepadanya. Saul pun mempersembahkan korban bakaran dengan tangannya sendiri.

Baru saja ia selesai mempersembahkan korban bakaran, Samuel pun datang. Samuel bertanya, apa yang dilakukan Saul. Tindakan Saul didorong ketakutannya pada pasukan musuh, prajuritnya terbirit-birit meninggalkannya, sedang Samuel tak kunjung datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline