Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Senangnya Tracking di Sekitar Hutan Karet

Diperbarui: 21 Oktober 2023   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tracking sore di sekitar hutan karet | dokumentasi pribadi

Ini adalah kali kedua kami tracking sambil menikmati alam, sedang anak bayi kami titipkan ke Mbah. Selain itu, jadi bukti bahwa olahraga rutin bisa diwujudkan. Setidaknya diusahakan.

Di artikel sebelumnya, aku sudah membagikan kisah, betapa pun sibuknya hidup dalam keluarga dan pekerjaan, di tengah gempuran makan enak (junkfood), harus tetap mengusahakan berolahraga.

Kali ini, aku dan istri akan tracking ke daerah hutan karet. Di daerah kampung asalku, jalan raya utama membelah hutan karet. Hutan yang dikelola PTPN ini memberi manfaat tidak hanya bagi penyadap karet. Tapi juga warga sekitar yang mencari kayu bakar, rumput atau dedaunan muda untuk ternak, bahkan pengais rupiah yang memanen daun pegagan yang melimpah di musim hujan.

Bahkan, beberapa calon pengantin melakukan foto prewed di hutan ini. Ada yang mengambil angle di antara pepohonan dengan daun cokelat yang bertebaran di tanah. Ada yang mengambil tempat lapang saat pepohon karetnya ditebang untuk direboisasi.

Bagi kami orang lokal, ngapain foto di hutan karet? Tapi bagi orang lain mungkin sudah bagus. Jangan lupa ada efek kamera dan aplikasi untuk mempercantik foto. Syukurnya sejauh ini tidak ada yang pakai flare seperti pasangan di Bromo itu. Norak.

Dulu semasih lajang, aku melewati jalanan di hutan karet ini hampir tiap hari. Memang ini satu-satunya jalan penghubung kampungku dengan kota, salah satunya Salatiga. Kini, setelah menikah aku tetap melewati jalan ini untuk berkunjung atau menitip si bayi ke tempat Mbah.

Mengapa aku pilih tracking di hutan karet? Pertama, dekat dan terjangkau, bahkan biasa kami lalui. Kedua, pepohonan yang menghijau menambah keindahan. Ya olahraga, ya menikmati alam.

Pengalaman berjalan kaki menarik ingatanku saat masih kecil. Dulu belum punya kendaraan pribadi, belum ada angkot. Kalau mau bepergian diajak jalan kaki oleh orang tua, yang ada sungut-sungut. Kini, saat hampir semua orang punya kendaraan pribadi, malah ingin jalan kaki sebagai olahraga. Rasanya memang beda.

Budeku (usia sekitar 90 tahun) tetap kuat berjalan kaki ke ladang maupun berkeliling menjajakan dagangan. Ini salah satu bukti bahwa berjalan kaki membuat badan sehat, selain tentu saja dengan pola makan yang juga sehat.

Meski hampir semua orang berjalan kaki, masih banyak yang belum menyadari manfaatnya. Seiring perkembangan zaman, hadir e-bike dan e-scooter yang membuat orang nyaman, lalu makin malas berjalan kaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline