Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Beda Adat, Siapa Takut? #38

Diperbarui: 15 September 2023   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pacaran, jalan-jalan dan mempersiapkan pernikahan | dokumentasi pribadi

Kalau berani menikahi boru Batak, harus siap modal (uang) yang banyak.

Kira-kira, kalimat tersebut yang terus menghantui Kris. Pergumulan pribadi yang Kris alami cukup panjang, dan berliku. Menganggur berbulan-bulan, menjalani 'studi lanjut' ke Lombok, setelah mendapat pekerjaan pun dengan gaji pas-pasan.

Orang mau piknik saja butuh biaya. Apalagi menikahi anak orang. Orang Batak pula. Mahal!

Sebagai anak yang berbakti, sudah selayaknya kita membahagiakan orang tua yang sudah mengasuh, merawat, memelihara sejak lahir hingga menyekolahkan. Entahkah dengan pekerjaan mapan, lalu menyisihkan gaji bagi orang tua. Entah dengan pekerjaan bergengsi agar martabat orang tua terangkat. Maupun dengan menggelar pesta pernikahan yang meriah.

Semua orang tua tentu ingin anaknya (apalagi perempuan) menikah dengan orang yang memberikan kehidupan layak. Hidup layak berarti mapan, berkecukupan, dan bisa menjamin segala kebutuhan anaknya.

Dalam budaya Batak (mungkin juga dalam budaya etnis lain), ada istilah ganti rugi atas semua biaya yang dikeluarkan untuk membesarkan dan menguliahkan anaknya. Kondisi ini menjadi beban istimewa bagi Kris dan Yanti. Kris bukan berasal dari keluarga berada. Pendapatan Kris juga sangat terbatas. Apa yang bisa diharapkan dari Kris...?

Kami teringat kisah 5 roti dan 2 ikan. (Aku pernah mengulas kisah lengkapnya di sini.) Aku ceritakan rangkumannya ya... Yesus dan dua belas muridNya mengajar banyak orang. Yesus juga menyembuhkan orang sakit dan melakukan banyak mujizat.

Akibatnya, banyak orang ingin terus dekat pada Yesus. Ke mana Yesus pergi, orang banyak itu mengikuti. Padahal, Yesus dan para murid ingin beristirahat setelah seharin melayani. Sampailah mereka di suatu bukit. Para murid mengusulkan supaya Yesus membiarkan orang banyak itu pulang.

Ide yang bagus. Orang banyak pulang, mereka bisa me time. Kalau orang banyak terus mengikuti Yesus tanpa makan dan istirahat, mereka bisa kelelahan bahkan mati kelaparan. Tapi, alih-alih menuruti nasihat muridNya, Yesus justru memerintahkan para murid memberi makan orang banyak itu.

Dengan apa? Bagaimana caranya? Berapa banyak makanan yang diperlukan? Dari mana makanannya...?

Rupanya, di antara orang banyak itu ada seorang anak kecil yang memiliki 5 roti dan 2 ikan. Tapi, apa arti makanan itu bagi orang yang banyak?

Di tangan Yesus, makanan yang sedikit itu bisa dipakai untuk memberi makan orang banyak. Ia mengambil roti itu, berdoa, memecah-mecahkannya lalu membagikannya kepada orang banyak dalam masing-masing kelompok duduk. Hal yang sama dilakukanNya pada ikan-ikan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline