Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Beda Adat, Siapa Takut? #34

Diperbarui: 10 Agustus 2023   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan siang sambil mendiskusikan buku | foto: dokumentasi pribadi

Saat mengunjungi Yanti ke Jakarta, Maret 2019, Yanti berencana mengajak Kris mampir ke rumah tulang Kiki, di daerah Tangerang.

Dalam bahasa Batak, 'tulang' berarti paman. Penyebutan nama di belakang kata 'tulang', mengacu pada nama anak pertama. Tulang Kiki, berarti paman ini punya anak bernama Kiki.

Sebenarnya tulang yang mengundang kami ke rumahnya, sekalian mau berkenalan. Rupanya tulang sudah mendengar rencana pernikahan Kris dan Yanti---yang belum menunjukkan progres berarti.

Sudah siapkah Kris membahas pernikahan dengan tulang? Bagaimana kalau ke Jakarta hanya bertemu Yanti, tidak usah bertemu tulang?

Tulang kiki adalah saudara mama Yanti yang paling sulung dari delapan bersaudara. Tulang menjadi representasi orang tua Yanti. Hal ini karena dalam membahas hal penting, seperti pernikahan, decision maker-nya tidak hanya bapak-ibunya, tapi keluarga besar.

Dalam bayangan Kris, tulang adalah sosok yang kaku dan menyeramkan. Bisa mati kutu aku. Jika pada pertemuan ini nanti diskusinya kurang lancar, bisa jadi Kris batal kunjungan ke Medan. Setidaknya ditunda sampai siap lahir, batin, dan.... dompet.

"Tulang orangnya santai, kok. Tenang saja." Meski Yanti berusaha menenangkan, tidak serta merta menghilangkan kecemasan dalam Kris memikirkan pernikahan. Bagaimana kalau tulang Kiki orang yang pertama tidak memberi restu pada pernikahan kami? Kris bukan orang Batak. Miskin pula. Kami harus bagaimana...?

Berdoa.

Sebagaimana halnya perjuangan mencari Pasangan Hidup kami terus melibatkan dalam doa. Demikian juga saat hendak bertemu tulang. Kami mendoakan, kiranya pertemuan dengan tulang berjalan lancar dan mendapat respons yang baik.

Dan Yanti benar. (Apakah wanita memang selalu benar?) Pada masa mudanya, tulang memutuskan merantau ke Jawa. Beragam pekerjaan dilakoninya demi bertahan hidup. Gurat nasib telah membawanya bertemu seorang perempuan Sunda, yang lalu dinikahinya. Kini, mereka telah dikaruniai empat orang anak, dua di antaranya kembar.

Wait, tulang menikah dengan orang Sunda, which is non-Batak...? Sebab tidak lazim orang Batak menikah dengan beda suku. Berarti Yanti ada temannya. Apalagi tulang adalah anak sulung. Orang Batak yang sudah hidup di luar kampung bakal lebih fleksibel dan terbuka pemikirannya. Tidak masalah untuk menikah dengan orang di luar suku Batak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline