Di era digital saat ini, hidup bakal susah tanpa HP. Hampir semua aspek hidup kita bergantung pada HP.
Belanja toko online, bayarnya pakai mbanking. Perlu hiburan dan update berita, buka media sosial. Tak tahu alamat, ada Google Map. Mau kirim dokumen, via WA atau email. Mau membuat laporan, cukup Google Docs atau Spreadsheet. Cari resep masakan atau mau membetulkan saklar lampu, buka Youtube.
Bagi anak-anak, tak harus ke luar rumah berpanasan buat bermain. Bisa main game online sambil tetap terhubung dengan teman. Merantau, kangen keluarga tinggal video call.
Hidup menjadi praktis dengan HP (smartphone). Saking bergantungnya pada HP, kita tak masalah jika melewatkan jam makan. Tapi langsung panik jika sambungan internet putus, atau baterai lemah.
Menjadi guru di era digital, aku juga (hampir) mustahil dijauhkan dari HP (gadget). Meski saat ini pemakaian Google Meet tidak seintens di masa pandemi, HP tetap diperlukan untuk mendukung pekerjaan, hobi dan mengasah diri.
Sayangnya, Selasa (25/7) HP-ku rusak. Mulanya, paket dataku sudah beberapa hari habis. Di rumah ada wifi, jadi tidak masalah. Di sekolah berinteraksi langsung dengan murid maupun rekan guru. Kalau perlu membuka dokumen di grup WA, harus buka laptop supaya bisa mengunduh dan/ mencetak.
Hari itu, di sela jam mengajar aku hendak mengisi voucher paket data. Tapi sampai lima menit tidak langsung tersambung ke internet, padahal biasanya tidak selama ini. Aku putuskan untuk menyalakan ulang HP.
Anehnya lagi, aku yakin menekan tombol "restart", bukan "shutdown". Tapi Hpku tidak mau menyala. Mungkinkah aku kelelahan dan salah pencet? Aku pun menekan tombol ON/OFF, tidak mau menyala juga.
Mungkin baterainya tetiba habis (padahal masih 50%). Dengan pinjaman charger teman, aku mengecas HP sambil kembali menekan ON. Tidak mau menyala. Singkat cerita aku tanya pada teman, staf IT, dan menyarankan untuk membawa ke tempat service HP.