Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Beda Adat, Siapa Takut? #30

Diperbarui: 11 Juli 2023   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi 'korban' fotografer di hutan pinus Top Selfie | dokumentasi pribadi

Sejak 2010, saat sudah mulai tahu apa itu pacaran, salah satu resolusiku adalah punya pacar. Yang aku pahami saat itu, pacar adalah sosok yang bisa diajak jalan-jalan dan berbagi dengan penuh kasih lebih daripada teman atau sahabat.

Waktu itu aku sudah menjadi mahasiswa, secara usia tidak ada salahnya berpacaran. Namun siapa sangka sampai lulus kuliah dan bekerja Kris belum juga 'laku'. Nasib. Di bulan Desember, dalam perayaan Natal sukacitanya pun terasa kurang lengkap.

Aku terbiasa merayakan Natal bareng keluarga, jemaat, teman serta para sahabat. (Demikian juga dialami Yanti.) Harusnya ada sosok spesial yang bisa melengkapi sukacita Kris, yakni sosok pacar (sebelum paham konsep pasangan hidup).

Waktu itu keinginan untuk memiliki pacar masih bisa sesekali diabaikan, karena sebagian rekan Kris juga masih lajang. Ada temannya. Namun, Kris mulai cemas saat satu persatu mereka mulai punya gebetan, lalu pacaran hingga menikah. Sampai dilangkahi oleh adik angkatan.

Hidup rasanya kok begini amat ya...

Siapa sangka, baru delapan tahun kemudian pengembaraan Kris menemui takdirnya. Puji Tuhan, Natal 2018 pertama kalinya Kris dan Yanti bisa merayakannya bersama pacar.

Apakah masalah selesai? Tentu tidak. Ibaratnya, ini hanya satu potongan puzzle yang berhasil disusun. Apa pun itu, rasa syukur kami makin melimpah karena ada sosok pasangan yang Tuhan anugerahkan untuk merayakan Natal bersama.

Momen ini merupakan anugerah yang indah dan tak terduga. Sebenarnya Yanti menggumulkan untuk pulang kampung. Ia sudah rindu ingin bertemu dengan keluarganya di Medan, apalagi kalau bisa merayakan Natal bersama.

Banyak kerabatnya mudik dari tanah rantau, berkumpul setelah belasan tahun tak berjumpa. Momen seperti ini sayang untuk dilewatkan. Namun dengan banyak pertimbangan, Yanti menahan kerinduannya. Salah satunya karena memprioritaskan biaya tiket pesawat untuk adiknya yang tahun itu kuliah ke Jawa. Sebuah pengorbanan kecil seorang kakak, dan kualitas sosok pasangan hidup.

Syukurnya, meski batal mudik Yanti boleh menikmati liburan Natal bersama Kris di kota mungil Salatiga. Yanti sudah beberapa kali mengunjungi adiknya yang kedua yang kuliah di Salatiga. Namun, kali ini pasti berbeda karena Yanti akan liburan dengan Kris.

Kami menyempatkan jalan-jalan di beberapa tempat wisata sekitar Salatiga. Kami juga berkesempatan mengikuti ibadah perenungan Natal di gereja Kris dan merayakan Natal kota di alun-alun Pancasila. Selama liburan ini Yanti transit di rumah salah satu jemaat. Lumayan, menginap gratis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline