Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Meski Megap-megap, Hidup Harus Level Up

Diperbarui: 30 Oktober 2022   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: myjourneyoffaith.com, jw.org, Getty Images, IG/Jokowi

Hidup ini berat. Apalagi kalau melihat tetangga, saudara atau teman di media sosial punya gawai, mobil dan rumah baru. Tambah berat kalau besar pasak dari pada tiang, kena jebakan pinjol pula. Tak kalah berat kalau sudah memeras keringat dari pagi sampai malam, kebutuhan tak ada habisnya, diperlengkap tak pernah piknik pula.

Sekelam itukah hidup? Tunggu dulu. Bagaimana dengan mereka yang berjuang melawan kanker atau penyakit mematikan lainnya? Dengan mereka yang mencari suaka karena tindak diskriminasi? Atau mereka yang bahkan tak punya atap buat berteduh? Apakah mereka juga akan berkata hidup ini berat dan kejam?

Meski begitu, kita dengan porsi dan posisi kita masing-masing punya tanggung jawab yang harus ditunaikan. Kadang ditambah tuntutan serta gesekan dengan sesama. Hidup jadi megap-megap (sesak). Meski megap-megap, hidup harus level up (naik tingkat). Berikut ini beberapa kisah orang yang berhasil level up.

Yusuf: Dari gembala, budak hingga gubernur

Yusuf, pemuda 17 tahun tinggal di negeri Kanaan bersama ayah ibu, dan kesebelas saudaranya. Pekerjaannya menggembalakan kambing domba ayahnya. Ia dikasihi ayahnya melebihi saudara-saudaranya yang lain, sebab dilahirkan pada masa tua ayahnya.

Suatu hari Yusuf bermimpi dan diceritakan pada orang tua dan saudara-saudaranya. Mimpi yang pertama, saat sedang mengikat gandum semua berkas gandum mereka menyembah berkas gandum Yusuf. Mimpi kedua, matahari, bulan dan sebelas bintang menyembahnya.

Karena mimpi itu, saudara-saudaranya menjadi benci kepadanya. Ayahnya sendiri menganggap mimpinya tidak masuk akal. Disetir iri, saat Yusuf menyusul saudara-saudaranya di ladang, mereka ingin membunuhnya. Ngeri.

Rencana berubah. Yusuf batal dibunuh, tapi dijual sebagai budak ke negeri Mesir. Untuk menutupi tindakan jahatnya, saudara-saudaranya mengoyakkan jubah maha indahnya dan melumuri dengan darah domba. Diceritakannya pada ayah mereka, Yusuf diterkam binatang buas.

Singkat cerita, sebagai budak di Mesir Yusuf disukai oleh tuannya karena Tuhan menyertainya sehingga semua yang dikerjakannya dibuat berhasil. Budak yang baik ini difitnah lalu dipenjara. Di dalam penjara justru menjadi kesayangan kepala penjara. Lalu diangkat menjadi ahli penguasa istana dan seluruh rakyat Mesir karena berhasil menafsirkan mimpi Firaun yang mengerikan. Jabatan Yusuf setara dengan gubernur di Mesir.

Daud: Dari penggembala menjadi raja

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline