Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Sarjana Pendidikan Fisika VS Sarjana Kesehatan Masyarakat "Berebut" Sakelar

Diperbarui: 26 Oktober 2022   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakelar ruang tamu yang sudah diganti dengan yang baru | dokumentasi pribadi

Ini adalah tulisan curhat mahareceh. Cocok bagi anda penggemar curhat. Jika tidak suka, boleh skip, baca artikel lainnya.

Sudah hampir seminggu, lampu di ruang tamu kami tidak menyala. Bukan karena lampunya rusak, sakelarnya jebol. Alhasil, kami gelap-gelapan di ruang tamu. Untungnya masih ada sinar lampu dari lorong kecil di depan kamar.

Cerita bermula ketika suatu petang istriku hendak menyalakan lampu. "Papah, sakelarnya... dolll... (rusak)" (Sakelar lampu ruang tamu dan teras digabung, yang teras masih berfungsi) Entah dengan kekuatan apa, istriku menyentuh sakelar sampai soak begitu. Wanita memang kaum yang kuat.

Padahal, kemarin-kemarin sakelarnya disentuh berkali-kali juga tidak apa-apa. Seolah-olah aku ingin menyalahkan istriku. Gegara dia, sakelarnya rusak dan ruang tamu menjadi gelap. Seandainya aku yang menyalakan lampu saat itu, berarti aku juga yang bersalah (?)

Kenapa sampai dibiarkan gelap hingga berhari-hari? Kejadiannya sekitar hari Kamis. Hari Sabtu aku libur, tapi pas waktu itu banyak agenda, Minggunya hujan, enggan keluar membeli sakelar. Senin-Jumat aku pulang sore, masih ada jadwal les hampir setiap hari. Lengkap sudah. Bukan berarti aku enggan membereskan masalah ini.

Hari Senin (24/10/2022), sepulang memberi les aku mencicil membeli sakelar baru. Sampai di rumah sudah gelap, badan pun lelah. Tidak mungkin membetulkan sakelar saat itu.

Selasa sore, sepulang memberi les aku bergegas pulang. Langit telah tuntas menumpahkan hujan. Tiba di rumah jam 5, inginnya segera mengganti sakelar. Namun anak kami harus segera mandi. Bayi berusia setahun ini sudah banyak gerakannya, kalau mandi pun kadang harus ditangani berdua. Kali itu aku tidak membantu demi menjaga tangan tetap kering.

Selesai si bayi mandi, adzan maghrib berkumandang. Hari telah gelap. Atas nasihat ibuku, kalau sudah gelap jangan melakukan pekerjaan, apalagi yang berhubungan dengan listrik, berbahaya. Namun, ada bahasa lisan dari istri (sembari doi menyiapkan makan malam) bahwa sakelar harus segera diganti supaya ruang tamu kembali terang.

Setelah memutus aliran listrik PLN, aku membuka sekrup pada sakelar dan membongkarnya. Dan gawat... kabelnya terlalu pendek, sehingga aku kesulitan melepas sekrup pengikat kabelnya. Ini tukangnya dulu memasangnya bagaimana, kok pendek banget kabelnya. "Udah nggak usah protes, kalau bisa ya cari solusi", istri bak memercikkan minyak pada bara menyala.

Di sinilah terjadi ketegangan dengan banyak faktor. Pertama, perbedaan karakter yang dilatarbelakangi perbedaan etnis, Jawa dan Batak. Istriku inginnya tegas, kalau ada masalah segera cari solusi, bereskan. Kalau aku, ada masalah, mentok, berhenti sejenak untuk berpikir. (Kadang kelamaan mikir, sih)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline