Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Ini Alasan BBM di Indonesia Akan Terus Naik

Diperbarui: 13 September 2022   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga BBM naik lagi | foto: kompas.com

Kenaikan harga BBM adalah peristiwa musiman, biasanya diikuti demo buruh dan mahasiswa. Mereka yang suka demo ini membawa-bawa nasib rakyat kecil, padahal nasib rakyat tidak juga berubah, tetap saja kecil.

Dalam artikelku sebelumnya, aku menyoroti Indonesia sebagai pasar empuk produk teknologi dan alat transportasi. Makin banyak tangki, makin banyak BBM yang dibutuhkan. Sedang biaya pengolahannya mahal, agar terbeli oleh rakyat dan roda perekonomian terus berputar, pemerintah memberi subsidi. Lama-kelamaan, pemerintah merasa "sesak nafas".

Kenapa Indonesia yang kaya sumber daya alam masih mengimpor BBM dari luar negeri?

Pertama, ini penyakit lama sejak pemerintahan Soeharto sampai SBY yang malas membangun teknologi pengolahan minyak mentah. Kita punya minyak mentahnya. Tapi untuk menjadi Pertalite, Pertamax dan lain-lain, minyak mentah harus diproses dengan teknologi. Tidak bisa langsung masuk ke tangki kendaraan.

Kita tidak punya teknologi pengolahan minyak mentah dan tidak pernah diusahakan untuk dibangun pemerintah sebelumnya. Kita harus mengekspor minyak mentah ke Singapura. Mereka punya teknologinya meski tidak punya minyak mentahnya. Akhirnya kita bergantung pada teknologi milik Singapura.

Seandainya sejak zaman Soeharto kita fokus membangun teknologi pengolahan minyak mentah, kita bisa mengatur sendiri harga minyak. Tapi jika demikian, kita tidak akan mengenal slogan "Penak zamanku to?". Masyarakat takkan lupa saat Soeharto menggulung IPTN yang diprakarsai oleh Habibie demi Indonesia bisa membuat pesawat terbang sendiri.

Masalah lainnya, dari dulu para penjabat kita suka dapat komisi dari impor-impor. Menjadi alasan kuat, untuk tidak pernah membangun teknologi pengolahan minyak mentah.

Kedua, cadangan minyak mentah kita makin lama semakin menyusut. Minyak mentah dihasilkan dari fosil (sisa makhluk hidup yang telah mati jutaan tahun lamanya), bukan energi yang terbarukan, sehingga suatu saat akan habis. Semakin sedikit cadangan minyak kita, harganya makin mahal.

Sudah cadangan minyaknya sedikit, permintaannya semakin banyak karena jumlah kendaraan di seluruh dunia terus bertambah. Pemerintah melakukan subsidi supaya rakyat tetap bisa menikmati minyak murah. Subsidi ini yang semakin lama makin berat. Setiap tahun triliunan uang dibakar untuk subsidi minyak.

Zaman Presiden SBY misalnya, pemerintah harus membakar uang lewat subsidi BBM sebesar Rp1.300 triliun selama 10 tahun pemerintahannya. SERIBU TIGA RATUS TRILIUN! Bayangkan, kita bisa membangun banyak hal dengan uang sebanyak itu tanpa utang. Jalan tol, teknologi nuklir dan tentu saja pengolah minyak mentah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline