"Aku memberi ini sebagai ucapan syukurku, karena kalian sudah mau mengunjungi aku," jelasnya setelah memberi-paksa amplop buat anak kami yang masih bayi. Itu setelah kami menolak dengan halus.
***
Libur semester kali ini, kami tidak mendapat banyak waktu libur. Kami harus mempelajari Implementasi Kurikulum Merdeka. Alokasi liburnya satu minggu, yakni 20-24 Juni 2022. Itu pun tidak penuh. Tanggal 20 ada acara gathering ke Jogja. Tanggal 22 harus hadir ibadah, sesuai kebijakan yayasan.
Di hari biasa aku ngantor sampai jam 3 sore, masih memberi les 2x seminggu. Weekend dipakai untuk mencuci, beberes rumah dan beristirahat. Praktis, liburan ini tidak bisa melakukan perjalanan jauh.
Meski begitu, aku dan istri mencoba memikirkan destinasi yang sekali dayung, tiga pulau harus terlampaui. Namun harus waspada karena anak kami masih delapan bulan. Pusing kan?
Ke mana tujuan liburannya? Pantai? Air terjun? Hutan pinus? Gunung? Mal? Ke kota mana? Solo, Jogja, Jepara...? Bukan perkara mudah untuk mengambil keputusan. Pengennya liburan yang berkesan, tapi terkendala di banyak sisi.
Setelah bermeditasi.... Aha! Kami akan ke Jogja. Tapi bukan ke pantai atau Malioboro atau tempat populer lainnya. Melainkan berkunjung ke rumah Simbah (Mbah).
Kamis (23/06) kami bangun lebih awal. Mandi, sarapan, istri memompa ASI buat bekal si kecil. Pakaian dan semua perlengkapan sudah disiapkan malam sebelumnya. Kami beranjak pukul 7 dari rumah. Perjalanan minimal tiga jam sampai tujuan.
Kami memilih jalur Kopeng. Meski lintasan menanjak dan menurun, sepadan dengan udara sejuk dan pemandangan indah; tidak sepadat jalur Klaten. Sekitar 7.30 di kawasan Kopeng terasa sangat dingin. Maklum, dua tahun pandemi tidak pernah bepergian. Si kecil meringkuk nyenyak di gendongan mamanya.
Setelah dua jam perjalanan, kami mampir di warung jus. Sekalian rehat dan memberi sarapan pada si bayi. Tersedia toilet gratis pula, hehe. Warung ini menjadi langganan sejak pacaran tiap kami ke Kokap. Sarapan si kecil perlu 30 menit.