Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Rara si Pawang Hujan: Kearifan Lokal, Kepercayaan dan Keberagaman

Diperbarui: 26 Maret 2022   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pawang hujan Rara Istiati Wulandari saat melakukan aksi di Sirkuit Mandalika | Foto: @motogp via jpnn.com

Siapa yang tidak sebal jika sedang melakukan kegiatan penting di luar ruangan, tapi turun hujan. Apalagi dalam ajang balap kelas dunia MotoGP yang digelar di Indonesia tepatnya di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Para pembalap sudah diundang presiden ke istana negara, telah konvoi menyapa warga di jalanan Jakarta. Para penonton sudah beli tiket, datang jauh-jauh ke Mandalika untuk menyaksikan keseruan aksi balap. Para reporter siap membidikkan kamera dengan angle terbaik. Ajang balap yang sedianya digelar Hari Minggu (20/3/2022) pukul 15.00 WITA itu harus tertunda gegara hujan.

Sedia pawang hujan sebelum balapan

Dengan cuaca global yang tidak menentu saat ini, panitia pasti sudah mengantisipasi jika turun hujan. Menteri BUMN Erick Thohir merekomendasikan Rara sebagai tim doa pawang hujan di Mandalika. Penunjukkan Rara bukan tanpa alasan. Sebab, dia sering mengawal event Presiden Jokowi dan event kenegaraan lain. Jam terbangnya tinggi.

Aksi Rara di pinggiran sirkuit ini sontak mendapat pro dan kontra dari netizen Indonesia. Ini menarik karena ulasannya sampai ke mancanegara. Menurut Rhenal Kasali dalam akun Youtube pribadinya, kita memasuki era baru the Dream Society di mana story lebih penting daripada produk.

Sebagian besar kita terlalu fokus pada story yang beredar di media massa, tentang kejanggalan aksi Rara. Bukan pada usahanya untuk menghentikan hujan supaya ajang balapan bisa dilanjutkan.

Mulanya aku pun menjadi anggota kontra akan aksi Rara. Otomatis mencibir dan menertawakan hanya karena tidak betulan paham. Namun setelah membaca dan mempelajari, pikiranku diubahkan.

Memodifikasi cuaca dengan kekuatan doa

Rara berujar, apa yang dilakukannya adalah memodifikasi cuaca dengan kekuatan doa. Ritual yang dilakukannya memang janggal bagi kebanyakan orang. Membawa mangkuk emas berisi kemenyan, membawa dupa, berjalan di aspal tanpa alas kaki.

Dan yang paling nyentrik, menggosok-gosok mangkuk (singing bowl) dengan pemukul sambil berteriak melantunkan doa. Selang sekitar 5 menit hujan pun berhenti. Rara berhasil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline