Beberapa hari ini di media sosial hangat membahas kendi. Penyebabnya, sebuah ritual yang dipimpin Jokowi di Sepaku, Penajem Utara, Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Kendi berasal dari bahasa Sanskerta kundika yang artinya wadah air minum. Di Indonesia, kendi memiliki bermacam sebutan. Di Sumatra Barat disebut labu tanah, di Jawa ada yang menyebutnya gogok atau glogok (glok-glok-glok, pen.) yang berasal dari bunyi air saat dituang.
Di masyarakat Batak (Sumut) disebut kandi, di Bali kundi atau caratan, di Sulawesi Selatan busu, di Aceh geupet bahlaboh, serta di Lampung disebut hibu.
Benda berbahan tanah liat ini adalah tempat penyimpanan air seperti teko. Tak hanya di Indonesia, kendi dikenal di banyak negara seperti Mesir, China, Jepang dan Thailand. Fungsi dan penggunaannya berbeda-beda tergantung tradisi di negara tersebut.
Kendi sudah dikenal sejak masa awal di Jawa dan Negeri Melayu, namun berdasarkan kronologi sejarahnya benda ini berasal dari India yang telah lebih dulu mengenalnya pada peradaban yang lebih tua. Diduga kendi bercorot di Asia Tenggara merupakan evolusi dari kendi Mesopotamia (3200 SM) dan Yunani (2500 SM).
Kendi-kendi gerabah telah ditemukan di banyak daerah di Indonesia sejak zaman prasejarah. Namun, kendi secara khusus menjadi wadah air yang dituang dari corotnya baru dikenal di Jawa pada abad ke-9. Hal ini dapat ditemukan pada relief candi Borobudur (dibangun sekitar 800 M) pada teras Kamadhatu.
Senin (14/3/2022) Jokowi menjalankan ritual adat Kendi Nusantara bersama 28 gubernur dan 6 perwakilan provinsi di titik nol pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara.
Hari itu Senin Wage, berdasar kalender Jawa mengandung neptu 8, yang goresannya tidak terputus. Menurut Ki Wongso Wijoyo, dipilih tanggal ini supaya bangsa kita tidak kekurangan sandang pangan, dan bejo (beruntung) di kemudian hari.