Lihat ke Halaman Asli

Kris Wantoro Sumbayak

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

China Sudah Punya Matahari Sendiri, Indonesia Masih Ribut Sendiri

Diperbarui: 12 Januari 2022   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari buatan China, The EAST | foto: twitter/metesohtaoglu

Sebagai salah satu sumber energi terbesar di Bumi, matahari tersedia gratis bagi semua makhluk hidup. Selain melimpah, sumber kalor ini menghasilkan nol pencemaran.

Dengan matahari sebagai supply energi sekaligus pusat tata surya, hidup manusia di bumi harusnya berlajan seimbang. Namun, manusia tidak pernah puas. Ia selalu menginginkan lebih dari yang sudah Tuhan sediakan.

China telah berhasil membuat matahari buatan di Kota Hefei yang beroperasi dengan mencetak rekor selama 17 menit 36 detik pada suhu 70 juta derajat Celcius---5 kali lebih panas dari matahari asli.

Proyek matahari buatan ini diberi nama The Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST), diteliti oleh lebih dari 10.000 peneliti China dan asing. (IG/voaindonesia) Bandingkan dengan nasib peneliti kita akibat peleburan Eijkman ke BRIN.

Para ilmuwan berharap The EAST (HL-2M Tokamak) bisa memanfaatkan kekuatan fusi nuklir, dan menciptakan 'energi bersih yang stabil dan tak terbatas' dengan meniru reaksi yang terjadi secara alami di matahari. Sebelumnya, pada Mei 2021, The EAST juga mencetak rekor dunia karena beroperasi mencapai suhu 120 juta derajat Celcius selama 101 detik.

Para ilmuwan telah berusaha memanfaatkan kekuatan fusi nuklir selama lebih dari 7 dekade. Mereka menggabungkan atom Hidrogen untuk membuat Helium di bawah tekanan dan suhu sangat tinggi sehingga menghasilkan energi berupa cahaya dan panas. (kompas.com)

Secara sederhana, prinsip kerja The EAST adalah meniru reaksi inti bintang. Tapi hal ini bukanlah pekerjaan mudah maupun tanpa risiko. Desain yang paling umum untuk reaktor fusi, Tokamak, bekerja dengan cara memanaskan plasma sebelum menjebaknya di dalam ruang reaktor silinder berbentuk donat dengan medan magnet sangat kuat.

Tabung reaktor dalam matahari buatan China | foto: twitter/Rainmaker1973

Namun, menjaga gulungan plasma yang bergolak dan super panas di tempatnya cukup lama agar terjadi fusi nuklir adalah proses yang rumit. Ilmuwan Soviet Natan Yavlinsky merancang Tokamak pertama kali pada 1958. Salah satu hambatannya adalah menangani plasma yang cukup panas agar melebur. Harus menemukan cara untuk mengurungnya sehingga tidak membakar dinding reaktor dan tanpa merusak proses fusi.

Matahari buatan China | gambar: sindonews.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline