Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Sesusah-susahnya Hidup, Paling Enak Tanpa Utang

Diperbarui: 6 Desember 2022   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi berutang | Dokumentasi Shutterstock

Lebih besar pasak daripada tiang

Itulah kutipan favorit bagi mereka yang sudah bekerja keras, tuntas dan ikhlas tapi belanga masih saja bolong. Termasuk aku, hehe

Tapi, biar gaji seseorang berkali lipat dari UMR, bisa saja tetap terjerat utang jika tidak dikelola dengan baik.

Bolehkah kita berutang?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada pertanyaan lebih mendasar untuk dikupas, "utangnya untuk apa?" Semoga bukan untuk "nafas" harian, padahal sudah ada gaji bulanan. Berutang untuk biaya atau kebutuhan sekolah anak, wajar. Itu jalan ninja orang tua agar anaknya mendapat masa depan yang lebih baik.

Tapi utang untuk HP, mobil baru, rumah mewah, pesta pernikahan atau sekedar memoles diri? Berlebihan, karena toh kita tak langsung kenyang dengan itu. Bahkan jadi kerugian semata kalau tak sanggup untuk membayar. Kecuali misalnya dijalankan untuk berbisnis, malah bisa mendapat keuntungan.

Maka, jawaban atas pertanyaan di atas, boleh, asal sanggup membayar.

Tren Utang lewat pinjol

Aku menceritakan kisah beberapa rekan yang tersandung kasus pinjol (pinjaman online). 

Kerabatku (perempuan) mengajukan pinjol awalnya untuk membeli HP dan laptop baru. Alasannya sih HPnya untuk berdagang (beda dengan HP pribadi loh!). Sedang laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline