Lihat ke Halaman Asli

Kraiswan

TERVERIFIKASI

Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

Natal di Tengah Pandemi, Bukan Halangan untuk Berbagi

Diperbarui: 30 Desember 2021   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya murid, para guru juga ingin tukar kado | dokumentasi pribadi

Empat belas orang menjarah gerai fashion mewah Louis Vuitton di OakBrook, Illionis, AS menjelang perayaan Natal. Para pengunjung yang hendak masuk toko memilih menghindar berikut penjaga toko. Setelah melakukan aksinya, para pelaku melarikan diri menggunakan tiga buah mobil. (news.okezone.com)

Kejadian ini tentu bertolakbelakang dengan makna Natal yang penuh kasih dan perdamaian.

***

Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember selalu memberi kesan istimewa bagi orang di seluruh dunia, khususnya umat Kristen. Lagu-lagu Natal, pohon terang, dekorasi warna-warni, berupa-rupa makanan, bermacam kado, ibadah dan perayaan, tampilan anak-anak Sekolah Minggu, proyek berbagi dan tak ketinggalan: pakaian baru.

Dari kesemuanya, yang paling membuatku terkesan semasih kecil adalah pakaian. Sebabnya hanya di saat itu aku bisa mendapat pakaian baru. Itu pun dapat dapat dana dari sponsor. Praktis, orang tuaku hampir tak pernah keluar uang untuk membelikan pakaian baru. Setelah dewasa, aku jarang membeli pakaian baru. Itu bukan esensi dari Natal.

Di masa modern, Natal justru terkesan menjadi ajang pesta pora dan berbelanja dengan banyak diskon dan promo. Lebih parah, tindak kriminal seperti terjadi di Louis Vuitton. Padahal, makna Natal sendiri sarat kesederhanaan dan kedamaian.

Natal memperingati hari kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Momen kelahiran pribadinya yang dirayakan. Jadi bukan atribut atau pernak-pernik yang penting. Entah bagaimana, masyarakat jadi punya budaya, Natal berarti belanja dan harus punya barang baru. Ada yang belanja berlebihan, melampaui apa yang dibutuhkan.

Barang-barang yang dibeli pun sekedar untuk memuaskan keinginan diri. Sedangkan masih banyak orang kekurangan, yang membutuhkan di luar sana. Egois.

***

Bayangkan anda adalah seorang pahlawan, atau orang yang berjasa. Tapi anda masih di dalam janin ibu, baru akan dilahirkan. Anda pasti ingin tempat yang bersih, nyaman, hangat, aman, empuk, kalau bisa yang mewah seperti di hotel berbintang untuk kelahiran. Masalahnya, anda tidak bisa memilih ingin dilahirkan di tempat mana dan cara bagaimana.

Lain halnya dengan pribadi yang kelahirannya kita rayakan tiap 25 Desember. Yang lahir ini bukan hanya pahlawan atau orang berjasa. Tapi Juru Selamat untuk orang-orang di seluruh dunia! Juru Selamat ini adalah Tuhan, yang kuasaNya tak terbatas, yang menjadikan bumi dan alam semesta. Darinya sumber segala hikmat yang menjaga keseimbangan kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline