Bayangkan rasanya anda dituntut penjara oleh pasangan anda. Kenapa bisa begitu? Hanya ada dua kemungkinan: anda melakukan tindakan tercela-keterlaluan-melanggar hukum, atau pasangan anda mabuk.
Hal ini betulan terjadi, dialami seorang perempuan di Karawang Jawa Barat. Diketahui Valencya (45), ibu dua anak, memarahi suaminya (warga asal Taiwan) yang pulang dalam kondisi mabuk dan melakukan KDRT psikis. Yang ndak bener suaminya, suaminya yang melapor. Sudah begitu, diproses juga laporannya. Jika begini, hidupnya pasti menderita dalam keluarga.
Sekeluar dari ruang sidang, sambil menangis Valencya meluapkan isi hati. "Suami mabuk-mabukan, dimarah sama dipidanakan. ...ibu-ibu se-Indonesia biar tahu, tidak boleh marah suami kalau suaminya pulang mabuk-mabukan. Harus duduk manis nyambut dengan baik." #savesuamimabuk
Memang tindakan lapor-melaporkan anggota keluarga ini bukan yang pertama. Kapan lalu ada anak melaporkan orang tua ke polisi gegara HP dan warisan. Dasar anak durhaka. Dalam kasus Valencya, apa hakim dan jaksa penuntut umum tidak memakai otak dalam memutus perkara. Memangnya mereka tidak punya anak-istri di rumah?
Didapati, sejak tahap prapenuntutan kejaksaan negeri Karawang maupun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tidak memahami sense of crisis, tidak memahami pedoman tuntutan pidana perkara serta tidak mempedomani tujuh perintah harian jaksa agung. (Youtube/CNN Indonesia)
Seandainya anda di posisi Valencya dan tahu sejak awal tindakan pasangan begitu, akankah anda memilihnya sebagai pasangan hidup? Pasti tidak. Maka, sangat penting memilih pasangan hidup yang tepat. Harus ada kriteria yang jelas dan kokoh.
Baca juga: Buat Kriteria Dulu, Menikah Kemudian
Pada dasarnya pilihlah pasangan hidup yang takut akan Tuhan, setia, bertanggung jawab dan temperamennya positif. Jangan memilih pasangan hanya karena materi atau hal lahiriah yang melekat padanya. Kenapa? Itu sementara, tidak tahan dalam pencobaan.
Jika sampai salah memilih pasangan hidup, akibat berikut ini harus ditanggung.
1) Bukannya bahagia, menderita iya